JellyPages.com

Tuesday, December 16, 2014

PAKAIAN ISTRI, KEMULIAAN SUAMI

Saya memiliki seorang teman yang terbiasa menjadikan istrinya sebagai bahan lelucon. “Bawel banget, lu! Kayak bini gue!” Katanya suatu hari. Di lain kesempatan, dengan bangga dia menghina istrinya sendiri dan menganggapnya sebagai sesuatu yang lucu, katanya, “Gendut-gendut gitu juga bini gue! Gue tidur nggak perlu nyari kasur!”

Ungkapan-ungkapan semacam itu biasa terdengar di keseharian. Para suami, atau mungkin juga istri, dengan enteng menyepelekan pasangan masing-masing di hadapan orang lain. Menyebutnya ‘kampungan’, ‘matre’, ‘letoy’, ‘lemot’ atau sebutan-sebutan lain yang bernada merendahkan. Saya pikir ini bukan tentang selera humor. Ini tentang sebuah cara pandang.

Suatu hari saya pernah menulis sebuah status di Facebook, menceritakan teman saya lainnya yang mengejek selera fashion istrinya sendiri. “Selera istriku payah banget!” Umpatnya. Tak cukup sampai di situ, teman saya masih memperpanjang keluhannya, seolah memberi pembenaran, “Maklum, orang kampung!” Ujarnya.
Apa yang aneh dari peristiwa itu? Tampaknya memang sederhana saja, sebagaimana ia lazim terjadi di keseharian. Tetapi kadang-kadang kita gagal mengambil ‘sudut pandang’ mengapa pernyataan-pernyataan semacam itu tidak seharusnya diucapkan seorang suami untuk istrinya—begitu juga sebaliknya. Tentu saja ini soal cara pandang. Ihwal ‘selera yang buruk’, memberitahu kita sesuatu yang penting: Suami yang menjelekkan selera istrinya lupa bahwa ia juga bagian dari selera sang istri. Begitu juga sebaliknya, istri yang menertawakan selera suaminya sebenarnya sedang menertawakan dirinya sendiri, karena ia juga bagian dari ‘selera suaminya yang buruk’ itu. Masuk akal, kan?

Sampai di sini, menghargai pasangan adalah juga soal menghargai diri sendiri. Maka memuliakan dan membahagiakan pasangan juga sebenarnya merupakan upaya untuk memantaskan diri menjadi seseorang yang mulia dan bahagia. Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 187 memberi amsal menarik soal kedudukan suami di hadapan istrinya serta kedudukan istri di hadapan suaminya, “…Istri-istrimu adalah pakaian bagi kamu sekalian, dan kalian adalah pakaian bagi mereka.”

Banyak dari kita memahami ‘pakaian’ sebatas penutup tubuh, kain yang membungkus aurat dan melindungi kulit dari panas dan dingin. Tetapi jarang sekali yang melihat ‘pakaian’ suami bagi istrinya, juga sebaliknya, sebagai lambang harga diri dan kemuliaan. Saya ingat suatu ketika Emha Ainun Nadjib pernah menjelaskan pakaian sebagai ‘akhlak’ atau ‘kemuliaan’ manusia yang membedakannya dari binatang. Kata Cak Nun, “Kalau engkau tidak percaya, berdirilah di depan pasar dan copotlah pakaianmu, maka engkau [akan] kehilangan segala macam harkatmu sebagai manusia. Pakaianlah yang membuat manusia bernama manusia. Pakaian adalah pegangan nilai, landasan moral, dan sistem nilai.”

Jika istri adalah pakaian suaminya dan suami adalah pakaian istrinya, maka masing-masing mereka adalah lambang kemuliaan bagi yang lainnya. Akhlak suami tercermin dari kualitas individu seorang istri dan kemuliaan seorang istri tercermin dari perilaku, kata-kata, dan integritas suaminya. Pada titik ini, kita jadi paham, kan, mengapa istri perlu berbakti pada suami dan suami perlu memuliakan istrinya? Sebab suami yang merendahkan istrinya adalah laki-laki yang mengoyak-ngoyak pakaiannya sendiri… dan istri yang tak setia dan tak berbakti pada suaminya adalah perempuan yang menelanjangi kemuliaan sekaligus harga dirinya sendiri.

Kembali pada kasus teman saya. Lantas, apakah mengolok-olok istri di hadapan orang lain adalah perkara sepele dan urusan ‘selera humor’ belaka? Seorang laki-laki yang merobek-robek pakaiannya sendiri di depan umum, membiarkan dirinya telanjang dan kehilangan harga diri, hanya patut dikasihani!

Jadi, ini memang soal cara pandang. Sungguh aneh jika para suami ingin dipandang terhormat di hadapan teman-teman dan koleganya, tetapi tak pernah merawat dan menghias ‘pakaian’-nya. Betapa mengherankan jika para istri ingin tampil cantik dihadapan siapa saja, tetapi pada saat bersamaan tidak memedulikan ‘pakaian’ mereka sendiri.

Akhirnya, sangat masuk akal jika di bagian lain Al-Quran mengatakan bahwa laki-laki yang baik diperuntukkan untuk perempuan yang baik dan perempuan terbaik hanya dipersiapkan untuk laki-laki terbaik. Mereka akan saling merawat ‘pakaian’ masing-masing dengan berakhlak baik pada satu sama lainnya. Selayaknya pakaian yang menunjukkan kemuliaan, ia bukan sekadar melekat pada kulit, tetapi melindungi dari cuaca buruk, menutupi aib pada tubuh, menghiasi diri di hadapan tatap mata dunia.

Barangkali inilah saatnya memuliakan pasangan kita, seperti diri yang setiap hari bersolek menjelang pesta… mengenakan pakaian terbaik yang kita punya, berjalan dengan hati-hati menghindari apapun saja yang bisa mengotorinya, menjaganya, merawatnya, membanggakannya. Mulailah dari yang paling sederhana, tersenyumlah pada istri atau suami Anda, sekarang atau sebentar lagi… tatap mereka dengan rasa bangga, sesekali puji mereka. Jika mereka sedang tak di dekat Anda, ambil kamera dan berfotolah. Di antara hal-hal istimewa dalam rumah tangga adalah saat seorang istri tersenyum tulus di hadapan suaminya.


Selamat mengenakan pakaian kemuliaan Anda masing-masing.

Yakin Deh ! Berjilbab itu, Gak Usah Pake Dilema !

Bismillahirrohmanirrohim....

Jilbab (Hijab) bukan hal yang asing lagi buat kita, apalagi buat muslimah. Di pengajian, di dunia maya, di majalah, kata jilbab sudah sering didengar. Bahkan tumpukan jilbab –mungkin- sudah tersusun rapi di lemari para muslimah.
  1. Jilbab itu apa sieh? | Kalau kata Syaikh Al Qurthuby, “Jilbab adalah pakaian yang menutupi seluruh tubuh, kecuali wajah dan telapak tangan”.Kalau dalam Kitab Lisanul Arab, jilbab itu pakaian luar yang menutupi seluruh tubuh mulai dari kepala hingga telapak kaki. Kalau di Indonesia kerudung itu disebut jilbab, tapi dalam pembahasan ini kita definisikan jilbab itu pakaian dari atas sampai bawah ya, gak kerudung aja.
  2. Jadi jilbab itu dari atas sampai bawah gitu? Bukan penutup kepalanya aja? | Iya jilbab itu pakaian yang menutupi tubuh dari atas sampai bawah, atau bahasa gampangnya jilbab itu gamis (pakaian potongan juga bisa) ditambah khimar (kerudung) dan jangan lupa kaos kaki
  3. Sekarang sudah banyak ya mbak, cewek-cewek pada pakai jilbab untuk melengkapi penampilannya, jilbab kan lagi ngetrend | Sebenarnya sih pakai jilbab itu bukan buat melengkapi penampilan atau karena lagi trend tapi jilbab itu memang syariat Allah, perintah menutup aurat dan berjilbab itu bisa dilihat di QS An-Nuur ayat 31 dan QS. Al-Ahzab ayat 59. Jadi pakai jilbab gak boleh sembarangan karena pakai jilbab itu bernilai ibadah, dan tiap ibadah itu ada aturannya.
  4. Berarti pakai jilbab yang ketat ndak apa-apa ya, kan yang penting menutupi aurat | kalau ketat, ya bukan jilbab namanya. Jilbab itu menutup mbak yu, bukan membalut. Bukan cuma kulit (aurat) yang harus ditutupi tapi lekuk tubuh juga gak boleh nampak, makanya jangan pakai pakaian yang ketat dan trasnsparan ya, walaupun panjang tapi tetep bukan jilbab itu namanya.
  5. Baru bangun pagi, cewek-cewek itu sudah mikirin beginian mbak, “duh pakai baju apa? Harus pakai jilbab warna apa?” | Masa’ sieh? Baru bangun yo ke kamar mandi dulu mbak, bersihin diri, ambil wudhu trus sholat, baca Al-Qur’an | Jadi gak boleh gitu mbak, pikirin nanti mau pakai baju dan jilbab warna apa? | Yoo bolehlah, siapa bilang gak boleh, malah bagus dipikirin, biar gak norak.
  6. Mbak, cewek-cewek itu suka mewek mbak, kalau gak punya jilbab yang sesuai sama warna baju | ya makanya cari warna baju jangan yang aneh-aneh to.., tapi kalau bajumu warna apa saja, pakai kerudung hitam selalu cocok lho…atau kalau kamu punya baju hitam, pakai kerudung warna apa aja cocok juga kok | kalau mau pakai atas sampai bawah hitam-hitam gimana mbak? | ya lebih bagus itu, jadi gak akan pernah mewek.
  7. Mbak, cewek-cewek yang pakai jilbab itu suka bingung cari peniti, pas mau pake kerudung, duuh kebingungan, mbak | Iya, makanya naruh penitinya di satu tempat aja, yang aman dan gampang diambil. Kalau ditaruhnya 1 di tengah buku, 1 di tengah lemari, 1 di dalam dompet, 1 di kotak pensil, yaiyalah bingung.
  8. Berarti cewek-cewek berkerudung itu suka koleksi jarum pentul dan bros-bros lucu gitu ya mbak? | Bisa jadi, karena jarum pentul dan bros kan mereka butuhin biar rapi pakai kerudungnya juga pakai jaga-jaga aja siapa tau ada kawan yang membutuhkan, saling berbagi itu kan indah.
  9. Emang pakai kerudung itu harus pakai banyak jarum ya mbak? | pakai dua jarum pentul dan 1 bros aja sudah cukup kok. Di bawah dagu pakai 1 jarum, di sisi kanan/kiri bagian dalam 1, di sisi kanan/kiri bagian luar pakai bros boleh, jangan aja brosnya segede piring. Boleh juga kok sisi atas kanan dan kiri kepala dipasangin jarum juga biar nyaman pakainya, pakai yang simple aja dan tentunya rapi.
  10. Pakai yang simple? Berarti yang dililit-lilit itu gak boleh ya mbak? | kalau kayak gitu, bisa nutupi dada gak? Bisa nutupin lekuk tubuh gak? Menarik perhatian orang (laki-laki khusunya) gak tuh? Kalau masih iya, berarti kembali lagi yak ke pembahasan kita poin ke 3.
  11. Ohya, ngomong-ngomong soal jilbab ni mbak, kadang sebel mbak, baru aja habis keramas, eeh tiba-tiba diajak pergi? | terus masalahnya apa mbak? Gak usah pakai sebel mbak, kalau perawatan rambut kita OK, Insya Allah gak napa-napa kok. Kita sebagai perempuan emang kudu merawat diri termasuk rambut. Eeeh dan jangan lupa lho ya, kita berjilbab, pakai kerudung itu juga bisa menjaga kesehatan rambut 
  12. Sekarang lagi musim hujan mbak, sebel banget kalo lagi pakai jilbab terus basah | yaiyalah, namanya aja kena hujan, yoo basah, kalau gak basah ya namanya gak kehujanan. Gak usah pakai sebel, sedih apalagi mewek. Muslimah kok cengeng.
  13. Gak suka banget mbak kalo ada noda di jilbab itu apalagi warna jilbabnya putih | yoo tinggal dicuci tho,, dan lain kali disiasatin warna jilbabmu dengan aktivitasmu, kalau mau main sama anak-anak atau aktivitas yang kemungkinan bakal berkotor-kotor ya jangan pakai putih, susah dibersihkannya.
  14. Udah pakai jilbab, pakai helm lagi, BT banget… | Emang masalahnya apa sieh? Kalau pakai jilbab dan kerudung yang simple kayak tadi saya jelaskan di atas, gak akan bingung kok, helm tinggal pake aja, kenapa harus BT BT gitu ?
  15. Kan itu yang simple mbak, kalau pakai yang ada bendolan di belakangnya kan helmnya jadi gak bisa masuuuuk.. | Bendolan? Mirip punuk unta itu? Gak boleh lho mbak pakai yang begituan | Aaah mbak, kok semua gak dibolehin siih.. | Lho bukan saya tapi itu Rasulullah yang bilang, Para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.”(HR. Muslim no. 2128)         
  16. Ohya mbak, terkadang kalau pakai kerudung, kerudungnya gampang banget berantakan | Hmm, ya makanya pakai kerudungnya yang rapi, dipakein jarum, dan pilih bahannya yang nyaman donk, jangan yang licin-licin. Yang mudah dilipat dan dipeniti seperti wolpeach, twistcone, katun, dsb.
  17. Kalau mau ada kondangan atau acara penting gitu ya, saya suka bingung mbak cari tutorialnya | Besok-besok gak usah bingung lagi ya, pakai jilbab syar’i gak perlu tutorial yang membingungkan, kan udah saya bilang pakai kerudung yang simple aja tapi tetap rapi.
  18. Pakai kerudung gitu bisa sampai 1 jam mbak?? | Oalah, 5 menit lho cukup. 1 jam itu kalo pakai kerudungnya ditambah beli peniti dulu di supermarket.
  19. Tapi banyak lho mbak, cewek-cewek itu pengen banget biar bisa tampil sesempurna hijabers anggun yang terkenal-terkenal itu. Mereka itu kan cantik, anggun dan gak lebay. | Ohyakah? Kembali lagi ya ke poin 3. Kita doakan yuk biar mbak-mbak hijabers anggun yang terkenal-terkenal itu dan kita-kita orang yang gak terkenal ini bisa tetap menjalankan syariat berjilbab sebagaimana poin ke 3, jadi kita bisa sama-sama deh menjalankan ibadahnya, jadi terasa persaudaraanya.
  20. Mbak, pakai kerudung itu, muka jadi belang ya? Pakai sunscreen apa ya yang bagus? | Emangnya Zebra belang? Hehhe.. Iya pasti belang mbak, tapi mending belang sedikit mbak, daripada terbakar kulitnya. Sunscreen apa? Apa aja, yang penting halal dan thoyyib.
  21. Sekarang banyak baju-baju lucu, tapi sayang ya mbak, kita gak bisa beli, banyakan yang pendek sieehhh, rasanya gak adil | kalau jika itu dibutuhkan dan punya kemampuan untuk membeli ya dibeli aja mbak, pakai di rumah, terus apa masalahnya? Kan kita juga berpakaian bukan buat diliatin orang, dipuji-puji orang. Adil kan?
    22. Ohya mbak, banyak juga lho mbak, rok-rok panjang itu lucu tapi transparan | Ya kalau bisa, dihindari ya pakai rok yang transparan banget, dan lebih baik kalau pakai rok atau gamis itu pakai rok/celana pelapis juga, jadi kamu nyaman makainya, gak takut kelihatan aurat atau lekuk tubuhnya | Ribet banget mbak, gak panas kalau dobel dobel gitu? | Panas atau gaknya itu dipengaruhi oleh bahan/jenis kainnya, jadi harus pandai pilih bahan baju. Bukan ribet tapi ngelatih kita buat cerdas memahami situasi
    23. Pakai manset dan cardigan itu gerah mbak… | Kan saya sudah bilang, gerah itu tergantung bahan yang digunakan. Manset itu kan fungsinya untuk menjaga lenganmu biar gak nampak saat lengan bajumu lebar atau tertarik ke atas. Asyiik kok pakai manset yang penting pintar pilih bahan. Kalau sudah pakai gamis atau baju yang lebar, biasanya gak usah lagi pakai cardigan mbak. Itu sudah cukup.
    24. Mbak, kalau saya pakai jilbab khawatir dikira teroris, dikira bawa bom kemana-mana | ya kalau kamu emang gak bawa bom, santai aja keleeees. Biarin aja mereka bilang apa, yang penting kita tunjukkan aja bahwa muslimah itu, bahwa orang Islam itu pecinta kedamaian.
    25. Kalau berjilbab, orang juga sering anggap kita orang suci, yang gak pernah berbuat salah | Emang banyak yang beranggapan seperti itu, tapi sudahlah anggap saja itu doa buat kita.
    26. Trus juga ada yang bilang, kalau cewek berjilbab itu gak boleh pacaran, gak boleh ketawa cekikan, gak boleh berdua-duaan sama yang bukan mahram | Kalau itu larangannya bukan buat cewek berjilbab aja tapi buat semua orang yang beragama Islam, karena itu aturan Allah. Dibuka ya QS Al-Israa ayat 32 nya.
    27. Nanti dibilang gak gaul mbak.. | Udah, intinya berjilbab bukan buat gaul-gaulan. Berjilbab untuk menaati Allah. Jaga saja akhlaknya, Insya Allah kita akan jadi orang yang pandai bergaul.
    28. Mbak, mbak ini Fans kerasnya Ustadz Felix Y. Siauw ya? | Haaaa?? Ndak kok, aturan berjilbab ini bukan katanya Ustadz Felix tapi kata Allah SWT. Beliau juga menyuarakan ini, bahkan nulis buku tentang jilbab itu kan karena kepedulian beliau sama muslimah, bukan buat ngumpulin fans, apalagi fans keras. Serem amat.
    29. Tapi pakai jilbab itu ngaruh gak sih mbak sama kepribadian kita? | Berjilbab itu bentuk ketaatan, dan ketaatan itu dapat menjadikan kita pribadi muslim yang benar-benar indah. Jadi ngaruhlah, .eeh maksudnya ketaatan itu yang mempengaruhi kepribadian ya, kalau pakai jilbabnya gak dilandasi sama ketaatan hmmm pikir-pikir dulu deh, ngaruh apa gaknya ke kepribadian…
    30. Tapi kok ada yang bilang, jilbabin hati dulu baru jilbabin kepala? | Tapi Allah suruhnya jilbabin hati atau jilbabin seluruh tubuh? Nutupin aurat kan alias jilbabin seluruh tubuh? Yaudah dipakai aja jilbabnya lagipula kita belum bisa berbuat baik sepenuhnya itu adalah pasti, jadi kalau tunggu kita baik dulu baru pakai jilbab yaa gak akan pernah pakai sampai kita meninggal | Jadi boleh gitu, cewek yang masih suka ngomongin orang itu pakai jilbab? Ya boleh, kenapa gak boleh, yang gak boleh itu ya ngomongin orangnya itu, berarti harus belajar donk untuk gak ngomongin orang dan ngejauhin akhlak2 buruk lainnya.
    31. Mbak, gak malu jadi muslimah ? | Lho, kenapa harus malu? Masih ada yang malukah jadi muslimah? Kalau masih ada yang malu, saya doakan, semoga Allah menunjukkan kepada mereka bahwa menjadi muslimah itu membanggakan karena muslimah itu begitu berharga, dan muslimah juga harus berbahagia, karena Islam memuliakan mereka, Allah dan rasul-Nya memuliakan mereka, orang-orang beriman senantiasa menjaga mereka.
    32. Kalau masih ada muslimah yang suka pakai jilbab tapi bukan jilbab (yang syar’i), kita harus gimana mbak? | Sebelum menjawab itu, saya ingin katakan bahwa berjilbab itu bukan pilihan tapi kewajiban. Iya, hukumnya wajib sama seperti shalat. Shalat ada aturannya, ada tata caranya, begitu pula dengan berjilbab dan menutup aurat, ada aturannya, ada tata caranya, ada ketentuannya yang harus kita (muslimah) penuhi. Kita sama-sama tahu bahwa saat ini ada muslimah bahkan komunitas yang bergerak di bidang “jilbab gaul” bahkan pernah juga heboh kasus jilboobs. Mereka tidaklah buruk, yang sudah berjilbab syar’i pun belum ada jaminan mereka baik. Hanya saja, pesan saya kepada muslimah, siapapun dia (termasuk diri sendiri) jadikanlah penggunaan jilbab sebagai bentuk ketaatan kita, bukan sebagai mode yang bisa kita tinggal ketika trendnya sudah berlalu. Demi Allah ! Tak sadarkah kita aturan menutup aurat dan berjilbab ini sebagai bentuk perlindungan Allah terhadap kita, saudariku?. Jilbab gaul, jilboobs, bahkan muslimah yang belum berjilbab, sungguh aku tidak akan menjudge dirimu buruk, mencacimu, ataupun mengecapmu sebagai ahli neraka karena aku mencintaimu, akupun belum tentu baik, tak ada manusia yang tak luput dari dosa. Doaku selalu menyertaimu. Namun, tak bisa ku mendusta, bahwa hatiku telah tersayat, perih, menahan air mata ketika ku lihat dirimu masih menikmati dunia itu. Syariat di depan mata saudariku, teladan pun sudah mulai banyak bermunculan. Haruskah kau dan aku terus berbeda?. Muslimah marilah kita saling mendoakan, semoga Allah selalu membimbing kita menuju Ridha-Nya karena sungguh, menjadi muslimah yang mukminah itu tidaklah mudah. Aku butuh kau, saudariku. Iya, kita saling membutuhkan. Kita saudara.


    Segitu aja dulu. Semoga bermanfaat ya. Jika kalimat di atas, ada yang masih butuh penjelasan, ada yang mau menambahkan, ada yang mau menanggapi, saya persilakan. Senang rasanya bisa terus belajar.
     

Dosa Tidak Menutup Aurat Tidak Bisa Ditutupi dengan Pahala Shalat, Puasa, Zakat, atau Haji

Tidak bisa dipungkiri bahwa sebagian besar kaum wanita menyangka jika tidak memakai jilbab “hanyalah” dosa kecil yang tertutup dengan pahala yang banyak dari shalat, puasa, zakat dan haji yang mereka lakukan. Ini adalah cara berpikir yang salah harus diluruskan. Kaum wanita yang tak memakai jilbab, tidak saja telah berdosa besar kepada Allah, tetapi telah hapus seluruh pahala amal ibadahnya sebagai bunyi surat Al-Maidah ayat 5 baris terakhir yang artinya: “Barang siapa yang mengingkari hukum-hukum syariat Islam sesudah beriman, maka hapuslah pahala amalnya bahkan di akhirat dia termasuk orang-orang yang merugi.”


Sebagaimana kita ketahui, memakai jilbab bagi kaum wanita adalah hukum syariat Islam yang digariskan Allah dalam surat An-Nur ayat 59. Jadi kaum wanita yang tak memakainya, mereka telah mengingkari hukum syariat Islam dan bagi mereka berlaku ketentuan Allah yang tak bisa ditawar lagi, yaitu hapus pahala shalat, puasa, zakat dan haji mereka.


Sikap Allah di atas ini sama dengan sikap manusia dalam kehidupan sehari-hari sebagai terlambang dari peribahasa seperti: “Rusak susu sebelanga, karena nila setitik”. Contohnya, segelas susu adalah enak diminum. Tetapi jika dalam susu itu ada setetes kotoran manusia, kita tidak membuang kotoran tersebut lalu meminum susu tersebut, tetapi kita membuang seluruh susu tersebut.


Begitulah sikap manusia jika ada barang yang kotor mencampuri barang yang bersih. Kalau manusia tidak mau meminum susu yang bercampur sedikit kotoran, begitu juga Allah tidak mau menerima amal ibadah manusia kalau satu saja perintah-Nya diingkari.


Di dalam surat Al A’raaf ayat 147, Allah menegaskan lagi sikapNya terhadap wanita yang tak mau memakai jilbab, yang berbunyi, “Orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, juga mendustakan akhirat, hapuslah seluruh pahala amal kebaikan. Bukankah mereka tidak akan diberi balasan selain dari apa yang telah mereka kerjakan?”


Kaum wanita yang tak memakai jilbab didalam hidupnya, mereka telah sesuai dengan bunyi ayat Allah diatas ini, hapuslah pahala shalat, puasa, zakat, haji mereka. []