JellyPages.com

Saturday, August 30, 2014

Be Self - Jadi Diri Sendiri

Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh


Selamat pagi sahabatku. Semoga di Sabtu cerah ini bisa memberikan kita keberkahan dan lebih bersyukur dari apa yang didapat sebelumnya.


Izin share mengenai pertemanan. Siapa tau ada yang pernah mengalami ataupun tidak mengalaminya.

Teman yang baik itu biasanya bisa menerima pribadi temannya tanpa melihat apapun. Jika temannya salah pasti ia akan memberitahu letak kesalahan temannya, tanpa meninggalkannya sendirian.
Semoga kita bisa menjadi teman yang seperti itu. Aaamiiin Yaa Rabbal'alamiin.

Pernah gak, dalam pertemanan mengalami perselisihan ataupun perbedaan? Kalaupun harus dijawab, pastinya jawabannya adalah "Iya atau Pernah". Bagaimana solusi dan cara untuk mengatasi perbedaan atau perselisihan?


Pada awalnya, kita berteman itu biasanya berdasarkan kebersamaan, keterbukaan dan kenyamanan. Berawal dari semua itu, kita akan menemukan kesamaan pribadi masing-masing teman kita. Yaps, yang jadinya setiap pergi kesana bareng kesini bareng tertawa bareng dan lain halnya.

Sekian lama pertemanan itu dijalani, tetiba terlihat suatu perbedaan pribadi. Teman yang satu saling menjauh dan akhirnya satu per satu mereka menjauh. Ada pertanyaan dalam diri, apa yang salah dari diri ini? Kenapa dijauhi? Apa terjadi salah ucap atau salah apa? Dan itu yang menjadi beban hati setiap hari apabila melihat teman yang dulunya bersama, namun mereka seperti mengacuhkan kita. Pasti di dalam diri ingin menangis, karena tidak ada yang mengatakan "hey, kamu itu salah!" ataupun "maaf, kami ingin kamu berubah karena satu dua hal".

Setiap hari pasti akan merasa bersalah dan menyalahkan diri sendiri. Merasa diri hanya sendiri. 

Ingatlah! Suatu saat nanti, pasti akan datang teman yang jauh lebih baik dari mereka yang meninggalkanmu sekarang. Dan tidak perlu merasa bahwa kamu sendiri karena tidak ada teman yang ingin berteman denganmu. Berpikirlah secara jernih, Tuhan pasti tidak tidur. Mungkin ALLAH ingin menggantikan temanmu yang sekarang dengan yang baru yang jauh lebih baik dan akan membawamu kedalam kebaikan ..




Pertemanan dalam Islam (http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihatkhutbah&id=91)
 
Secara umum, orang merasa senang dengan banyak teman. Manusia memang tidak bisa hidup sendiri, sehingga disebut sebagai makhluk sosial. Tetapi itu bukan berarti, bahwa seseorang boleh semaunya bergaul dengan sembarang orang menurut selera nafsunya. Sebab, teman adalah personifikasi diri. Manusia selalu memilih teman yang mirip dengannya dalam hobi, kecenderungan, pandangan, pemikiran. Karena itu, Islam memberi batasan-batasan yang jelas dalam soal pertemanan.

Teman memiliki pengaruh yang besar sekali. Rasulullah bersabda,

"Seseorang itu tergantung agama temannya. Maka hendaknya salah seorang dari kalian melihat siapa temannya." (HR. Ahmad dan Tirmidzi).

Makna hadits di atas adalah seseorang akan berbicara dan berperilaku seperti kebiasaan kawannya. Karena itu beliau Shalallaahu alaihi wasalam mengingatkan agar kita cermat dalam memilih teman. Kita harus kenali kualitas beragama dan akhlak kawan kita. Bila ia seorang yang shalih, ia boleh kita temani. Sebaliknya, bila ia seorang yang buruk akhlaknya dan suka melanggar ajaran agama, kita harus menjauhinya.

Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda,
"Jangan berteman, kecuali dengan orang mukmin, dan jangan memakan makananmu kecuali orang yang bertakwa." (HR. Ahmad dihasankan oleh al-Albani)
Termasuk dalam larangan di atas adalah berteman dengan pelaku dosa-dosa besar dan ahli maksiat, lebih-lebih berteman dengan orang-orang kafir dan munafik.

Khathabi berkata, “Yang dimaksud dengan jangan memakan makananmu, kecuali orang yang bertakwa adalah dengan cara mengundang mereka dalam suatu jamuan makan. Sebab jamuan makan bisa melahirkan rasa kasih sayang dan cinta di antara yang hadir”. Adapun makanan yang memang dibutuhkan oleh mereka, maka tidak apa-apa diberikan.

Allah berfirman, artinya, "Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan." (QS. Al-Insan: 8). Dan yang ditawan bisa saja adalah orang-orang kafir.

Demikian juga dalam pergaulan yang sifatnya umum seperti bertetangga, jual beli dan sebagainya, maka hukumnya masuk dalam hukum muamalah, di mana kita boleh bermuamalah dengan siapa saja, muslim maupun non muslim.

 
Persahabatan yang paling agung adalah persahabatan yang dijalin di jalan Allah dan karena Allah, bukan untuk mendapatkan manfaat dunia, materi, jabatan atau sejenisnya. Persahabatan yang dijalin untuk saling mendapatkan keuntungan duniawi sifatnya sangat sementara. Bila keuntungan tersebut telah sirna, maka persahabatan pun putus.

Berbeda dengan persahabatan yang dijalin karena Allah, tidak ada tujuan apa pun dalam persahabatan mereka, selain untuk mendapatkan ridha Allah. Orang yang semacam inilah yang kelak pada Hari Kiamat akan mendapat janji Allah.

Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda,  
"Sesungguhnya Allah pada Hari Kiamat berseru, \'Di mana orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Pada hari ini akan Aku lindungi mereka dalam lindungan-Ku, pada hari yang tidak ada perlindungan, kecuali perlindungan-Ku.\" (HR. Muslim)

Dari Mu\'adz bin Jabal berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, Allah Tabaraka wa Ta\'ala berfirman, \"Wajib untuk mendapatkan kecintaan-Ku orang-orang yang saling mencintai karena Aku dan yang saling berkunjung karena Aku dan yang saling berkorban karena Aku.\" (HR. Ahmad).

Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam hadits Abu Hurairah Radhiallaahu anhu , diceritakan, \"Dahulu ada seorang laki-laki yang berkunjung kepada saudara (temannya) di desa lain. Lalu ditanyakan kepadanya, \'Ke mana anda hendak pergi? Saya akan mengunjungi teman saya di desa ini\', jawabnya, \'Adakah suatu kenikmatan yang anda harap darinya?\' \'Tidak ada, selain bahwa saya mencintainya karena Allah Azza wa Jalla\', jawabnya. Maka orang yang bertanya ini mengaku, \"Sesungguhnya saya ini adalah utusan Allah kepadamu (untuk menyampaikan) bahwasanya Allah telah mencintaimu sebagaimana engkau telah mencintai temanmu karena Dia.\"

Sidang shalat Jum’at rahimakumullah,

Anas Radhiallaahu anhu meriwayatkan, \"Ada seorang laki-laki di sisi Nabi Shalallaahu alaihi wasalam. Tiba-tiba ada sahabat lain yang berlalu. Laki-laki tersebut lalu berkata, “Ya Rasulullah, sungguh saya mencintai orang itu (karena Allah)”. Maka Nabi Shalallaahu alaihi wasalam bertanya “Apakah engkau telah memberitahukan kepadanya?” “Belum”, jawab laki-laki itu. Nabi bersabda, “Maka bangkit dan beritahukanlah padanya, niscaya akan mengokohkan kasih sayang di antara kalian.” Lalu ia bangkit dan memberitahukan, “Sungguh saya mencintai anda karena Allah.” Maka orang ini berkata, “Semoga Allah mencintaimu, yang engkau mencintaiku karena-Nya.\" (HR. Ahmad, dihasankan oleh Al-Albani).

Hal yang harus diperhatikan oleh orang yang saling mencintai karena Allah adalah untuk terus melakukan evaluasi diri dari waktu ke waktu. Adakah sesuatu yang mengotori kecintaan tersebut dari berbagai kepentingan duniawi?

Paling tidak, saat bertemu dengan teman hendaknya kita selalu dalam keadaan wajah berseri-seri dan menyungging senyum. Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda,
\"Jangan sepelekan kebaikan sekecil apapun, meski hanya dengan menjumpai saudaramu dengan wajah berseri-seri.\" (HR. Muslim dan Tirmidzi).

Dalam sebuah hadis riwayat Aisyah Radhiallaahu anha disebutkan, bahwasanya \"Allah mencintai kelemah-lembutan dalam segala sesuatu.\" (HR. al-Bukhari). Dalam hadis lain riwayat Muslim disebutkan “Bahwa Allah itu Maha Lemah-Lembut, senang kepada kelembut-an. Ia memberikan kepada kelembutan sesuatu yang tidak diberikan-Nya kepada kekerasan, juga tidak diberikan kepada selainnya.\"

Termasuk yang membantu langgengnya cinta dan kasih sayang adalah saling memberi hadiah di antara sesama teman. Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda,
\"Saling berjabat tanganlah kalian, niscaya akan hilang kedengkian. Saling memberi hadiah lah kalian, niscaya kalian saling mencintai dan hilang (dari kalian) kebencian.\" (HR. Imam Malik). 

Dalam Islam, prinsip menolong teman adalah bukan berdasar permintaan dan keinginan hawa nafsu teman. Tetapi prinsip menolong teman adalah keinginan untuk menunjukkan dan memberi kebaikan, menjelaskan kebenaran dan tidak menipu serta berbasa-basi dengan mereka dalam urusan agama Allah. Termasuk di dalamnya adalah amar ma\'ruf nahi mungkar, meskipun bertentangan dengan keinginan teman.

Adapun mengikuti kemauan teman yang keliru dengan alasan solidaritas, atau berbasa-basi dengan mereka atas nama persahabatan, supaya mereka tidak lari dan meninggalkan kita, maka yang demikian ini bukanlah tuntunan Islam.

Salah satu sifat utama penebar kedamaian dan perekat ikatan persaudaraan adalah lapang dada. Orang yang berlapang dada adalah orang yang pandai memahami berbagai keadaan dan sikap orang lain, baik yang menyenangkan maupun yang menjengkelkan. Ia tidak membalas kejahatan dan kezhaliman dengan kejahatan dan kezhaliman yang sejenis, juga tidak iri dan dengki kepada orang lain. Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda,
\"Seorang mukmin itu tidak punya siasat untuk kejahatan dan selalu (berakhlak) mulia, sedang orang yang fajir (tukang maksiat) adalah orang yang bersiasat untuk kejahatan dan buruk akhlaknya.\" (HR. HR. Tirmidzi, Al-Albani berkata “hasan”

Karena itu Nabi Shalallaahu alaihi wasalam mengajarkan agar kita berdo’a dengan:
\"Dan lucutilah kedengkian dalam hatiku.\" (HR. Abu Daud, Al-Albani berkata \'shahih\')
Termasuk bumbu pergaulan dan persaudaraan adalah berbaik sangka kepada sesama teman, yaitu selalu berfikir positif dan memaknai setiap sikap dan ucapan orang lain dengan persepsi dan gambaran yang baik, tidak ditafsirkan negatif. Nabi Shalallaahu alaihi wasalam bersabda,
“Jauhilah oleh kalian berburuk sangka, karena buruk sangka adalah pembicaraan yang paling dusta” (HR.Bukhari dan Muslim). Yang dimaksud dengan berburuk sangka di sini adalah dugaan yang tanpa dasar.



Setiap orang punya rahasia. Biasa-nya, rahasia itu disampaikan kepada teman terdekat atau yang dipercayainya. Anas Radhiallaahu anhu pernah diberi tahu tentang suatu rahasia oleh Nabi Shalallaahu alaihi wasalam. Anas Radhiallaahu anhu berkata, \"
Nabi Shalallaahu alaihi wasalam merahasiakan kepadaku suatu rahasia. Saya tidak menceritakan tentang rahasia itu kepada seorang pun setelah beliau (wafat). Ummu Sulaim pernah menanyakannya, tetapi aku tidak memberitahukannya.\" (HR. Al-Bukhari).

Teman dan saudara sejati adalah teman yang bisa menjaga rahasia temannya. Orang yang membeberkan rahasia temannya adalah seorang pengkhianat terhadap amanat. Berkhia-nat terhadap amanat adalah termasuk salah satu sifat orang munafik.

Persahabatan yang dijalin karena kepentingan duniawi tidak mungkin bisa langgeng. Bila manfaat duniawi sudah tidak diperoleh biasanya mereka dengan sendirinya berpisah bahkan mungkin saling bermusuhan. Berbeda dengan persahabatan yang dijalin karena Allah, mereka akan menjadi saudara yang saling mengasihi dan saling membantu, dan persaudaraan itu tetap akan berlanjut hingga di negeri Akhirat. Allah berfirman, artinya,
\"Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.\" (QS. Az-Zukhruf: 67)

Ya Allah, anugerahilah kami hati yang bisa mencintai teman-teman kami hanya karena mengharap keridhaan-Mu. Amin. (Ibnu Umar) 



Semoga Bermanfaat.

Wassalamu'alaikum Warrahmatullah Wabarakatuh

Thursday, August 28, 2014

Wahai Wanita, Sekolahlah Setinggi-tingginya

Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (QS. Az-Zumar: 9). Terinspirasi dari ungkapan ibu yang telah meraih gelar doktor di Jerman dan kisah ibu doctor tersebut insya Allah hampir menyerupai kisah kehidupan seorang wanita.

Mungkin ingin tahu bagaimana kesamaan atau perbedaan kisah antara ia dan bu doktor. Apa yang disampaikan melalui rangkaian kalimat sesungguhnya pernah mengalami serta mendapat pertanyaan seperti itu juga.

Insya Allah beberapa tahun lagi ia juga harus meraih gelar doktor (Allahuma Aamin). Hehe, narsis banget. Kuliah aja belum sudah berani bilang beberapa tahun lagi dapat gelar doktor, semoga ini mampu memotivasi agar segara untuk next study.

Dulu, terdapat seorang wanita yang resah alias galau. Alhamdulillah galaunya bukan seperti anak remaja sekarang yang lebih menggalau pada perasaan, namun galau dirasakan antara memilih untuk lanjut kuliah, kerja atau nikah dulu!!! Kegalauan telah memenuhi space otak dan qolbunya.

Ia sedang asyik-asyiknya membantu orang tua masak di dapur, tiba-tiba tetangga menyapa dengan kritikan yang sangat pedas. Kritikan tidak membuat hati sedih karena mengetahui kualitas yang mengkiritik, so keep happy fun and enjoy. Bisa jadi mereka mengkritik ingin kuliah setinggi-tingginya tapi apa boleh buat antara kecerdasan dan finansial tak seimbang. Sebab di zaman peradaban ilmu untuk kuliah tinggi tak hanya butuh otak yang cerdas tapi juga didukung dengan materi yang sangat cukup. Materi saja tidak cukup jika kecerdasan di bawah rata-rata, yang ada menghasilkan gelajar saja sedangkan Knowledge Not Result.

Padahal ungkapan tersebut sudah basi karena keseringan mendengar kritikan yang mengelitik sehingga jiwa ini adem saja. Lewat kritikan tersebut mudah-mudahan mencerdaskan dan mencerahkan para sahabat. “ Buat apa wanita kuliah tinggi toh akhirnya juga masak di dapur, ke sumur dan ngurus rumah”. Ya iyalah ke dapur karena itu sudah kodrat wanita masak harus ke gunung hehe. Dan mencari ilmu itu merupakan kewajiban bagi seorang muslim.

Wanita.. sekolah yang tinggi bukan berarti membuat kita anti dengan dapur, tidak boleh kembali ke dapur, menghindar mengurus rumah tangga. Justru seharusnya dengan sekolah tinggi kita semakin cerdas, pintar sehingga mengerti bagaimana menata dapur yang cantik, seperti apa masakan bergizi yang harus dimasakin untuk suami dan anak. Sebab wanita tidak hanya sebagai ibu rumah tangga melainkan sebagai akuntan, sebagai psikologi, sebagai ustadzah, sebagai arsitek, sebagai koki dan sebagai analis. “Jika kamu mendidik satu laki-laki, maka kamu mendidik satu orang. Namun, jika kamu mendidik satu perempuan, maka kamu mendidik satu generasi.” (Moh. Hatta)

Bahkan pendidikan tinggi, spesifikasi keahlian dan agama menjadi perbincangan dalam menciptakan sebuah peradaban. Bangunan peradaban yang kuat hanya dapat disusun oleh ibu-ibu atau wanita-wanita yang kuat agama dan banyak keahliannya. Wanita jangan pernah ragu untuk melanjutkan sekolah tinggi, jangan pula menghiraukan kalau sekolah tinggi susah dapat pasangan itu hanya guyonan klasik saja, bukankah jodoh sudah Allah atur? Tidak ada relasi atau penelitian yang menjelaskan bahwa wanita yang sekolah tinggi susah mencari pasangan. Malah wanita kuliah sampai jenjang tinggi diidam-idamkan untuk menjadi menantu impian.

Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa yang kedatangan ajal, sedang ia masih menuntut ilmu, maka ia akan bertemu dengan Allah di mana tidak ada jarak antara dia dan antara para nabi kecuali satu derajat kenabian.” (HR. Thabrani)

Sahabat, tugas kalian adalah tuntutlah ilmu setinggi mungkin, bukan Allah mencintai hamba-Nya berilmu dan tidaklah sama orang mengetahui dengan tidak mengetahui. “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Al Mujadilah: 11). Tuntutlah ilmu, sesungguhnya menuntut ilmu adalah pendekatan diri kepada Allah Azza wajalla. (HR. Ar Rabii’).

Perbaikan suatu umat tidak akan terwujud kecuali dengan perbaikan wanita. Perbaikan wanita tidak akan sukses kecuali dengan perbaikan jiwa. Perbaikan jiwa tidak akan berhasil kecuali dengan pendidikan dan pembinaan. Ya dengan pendidikan dan pembinaan berkualitaslah wanita unggul bisa diwujudkan. Di sini peran seorang wanita sangat dibutuhkan agar generasi penerus memiliki kualitas teruji di masyarakat dan di hadapan Allah.

Saat ini dibutuhkan ibu berpendidikan tinggi, kenapa harus tinggi? Karena mendidik anak di zaman yang dibanjiri teknologi, hedonisme, liberal, pergaulan bebas adalah tantangan terbesar bagi seorang ibu. Maka dibutuhkan sosok ibu yang cerdas dan shalihah. Jika tidak hati-hati dan mengetahui bagaimana menata atau mendidik anak di zaman yang jauh etika maka siap-siap sang anak membawa petaka.

Andaikan anak yang dilahirkan dari rahim berpendidikan tinggi (master atau doktoral) tentu memiliki nuansa yang berbeda, anak yang dilahirkan dari rahim ibu berpendidikan mereka selalu dididik dengan teori, konsep, dan bukan tahayul. Mari wanita kita sekolah setinggi-tingginya agar ketika menjadi ibu dibanggain oleh anak kita, supaya kita menjadi inspirasi dan motivator terhebat buat mereka. Seperti diperintahkan Allah dalam Al-Quran. Dan untuk mengembalikan kejayaan Islam seperti zaman khilafah yaitu dengan ilmu. “Wahai Tuhan kami! Karuniakanlah kepada kami istri dan keturunan yang menjadi cahaya mata, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang memelihara dirinya (dari kejahatan)”. (QS. Al-Furqan: 74).

Senada dengan ulasan bu doktor, bahwa saat engkau memiliki anak, maka orang pertama yang akan menyapih rambut anakmu adalah seorang lulusan S2/S3. Orang yang pertama mengajaknya berjalan adalah seorang ilmuwan tinggi, dan sejak dia mulai membaca, dia akan dibimbing dan dijaga oleh seorang master/doktor, bahkan mengajar mengaji dan shalat juga ibu yang memiliki dedikasi keilmuan sangat memukau. Itulah peranmu sebagai ibu nanti, apakah engkau bisa membayangkan betapa beruntungnya anak manusia yang akan kau lahirkan nanti?”

So, wanita di manapun berada jangan pernah takut untuk melanjutkan kuliah hingga jenjang paling tinggi, jangan berpikir pula wanita kuliah tinggi susah mendapat jodoh dan jangan pernah puas menuntut ilmu, upgrade terus keahlian hingga batas kehidupan. Bukankah jodoh sudah Allah atur dalam Lauhul mahfuzh. Tugas kita di bumi Allah adalah memperbanyak mungkin ilmu agar kita tahu hakikat Tuhan, hidup dan menjadi pencerahan bagi lingkungan terutama bagi keluarga kita nanti. Dan ingat, setinggi apapun ilmu duhai para perempuan, kita tetaplah seorang makmum bagi suami, jadi tetaplah menjadi istri dan ibu yang bijak, baik serta pelengkap yang menyempurnakan bagi suami dan anak-anak kelak.

 
 

“Because I’m a Muslim Girl”

Wafa adalah seorang gadis kecil berumur 7 tahun. Saat ini, dia bersekolah di Albany Rise Primary School, Melbourne, Australia. Seperti anak-anak seusianya, Wafa juga masih didominasi sifat kekanak-kanakan. Namun di balik itu semua, ada yang istimewa pada gadis kecil ini. Dia satu-satunya murid di sekolahnya yang mengenakan jilbab. Padahal Wafa bersekolah di public school, bukan di sekolah Islami.

Gadis kecil ini tak pernah mau melepas jilbabnya meski saat ini tidak tinggal di Indonesia. Tak ada paksaan dari orang tuanya untuk mengenakan jilbab. Meski berada di lingkungan asing, dengan resiko akan ‘diasingkan’ oleh teman-temannya, dia tetap tidak peduli dan kokoh dengan pendiriannya.

Suatu hari, Australia sedang dilanda heatwave. Waktu itu suhu bisa mencapai 40 derajat celcius. Karena kasihan, guru Wafa memintanya untuk membuka jilbab agar tidak terlalu kepanasan. Namun dengan tenang Wafa menjawab, “Its okay, Miss. I’m alright,” Sang guru pun sampai menyampaikan kekaguman atas kegigihan Wafa.

Di kesempatan lain, Wafa ditanya oleh beberapa temannya. “Why do you wear that thing on your head?” Dengan percaya diri sebagai seorang muslim, dia menjawab, “Because I’m muslim,” Sang teman rupanya masih penasaran dan bertanya lagi, “But what you’re wearing that for?” Kembali dengan kepercayaan diri yang tinggi, Wafa menjawab,”Well, because I’m muslim girl and all muslim girls are not allowed to show their hair to other people, besides their own family.” Bisa kita bayangkan betapa takjubnya teman-teman Wafa ketika mendengar jawaban ini.

Entah bagaimana caranya gadis kecil ini memiliki kepercayaan diri dan kebanggaan sebagai seorang muslim. Biasanya anak seusianya sangat takut dianggap berbeda dari teman-temannya. Akan tetapi tidak untuk Wafa. Dia sangat percaya diri dan bangga dengan identitasnya sebagai seorang muslim. Tempat yang asing bagi dirinya pun semakin menempanya untuk tetap bangga sebagai seorang muslim. Kegigihan Wafa ini rupanya juga diperhatikan oleh guru-gurunya. Dia pun terpilih sebagai student of the week di minggu pertama dia masuk ke sekolah tersebut.

Kisah tentang Wafa yang dikutip dari buku Character Building, karangan Yudha Kurniawan SP dan Ir Tri Puji Hindarsih tersebut sungguh menginspirasi kita bahwa identitas sebagai seorang muslim adalah suatu kebanggaan. Di negeri yang mayoritas non muslim, Wafa mampu menunjukkan kebanggan tersebut. Sungguh ironis jika di negeri yang mayoritas muslim ini, kita justru malu menunjukkan identitas diri kita sebagai seorang muslim. Wafa juga memberi pelajaran pada kita bahwa usia yang masih dini bukanlah halangan untuk menanamkan rasa bangga sebagai seorang muslim kepada anak. Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan. Antara lain:

Pertama, kita bangkitkan kebanggaan menjadi muslim di dada mereka. Sejak awal, kita tumbuhkan kepercayaan diri yang kuat dan harga diri sebagai seorang muslim, sehingga mereka memiliki kebanggaan yang besar pada agamanya. Mereka berani menunjukkan identitasnya sebagai seorang muslim dengan penuh percaya diri. “Isyhadu bi anna muslimun. Saksikan bahwa aku adalah seorang muslim!”

Kedua, kita biasakan mereka untuk memperlihatkan identitas sebagai seorang muslim, baik yang bersifat fisik, mental, maupun cara berpikir. Inilah yang sekarang ini rasanya perlu kita gali lebih jauh dari khazanah Islam. Bukan untuk menemukan sesuatu yang baru, melainkan untuk menemukan apa yang sudah dilakukan generasi terdahulu yang berasal dari didikan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam.

Ketiga, kita bangkitkan pada diri mereka al wala’ wal bara’ sehingga memperkuat percaya diri mereka. Apabila mereka berjalan, ajarkanlah mereka untuk tidak menepi dan menyingkir karena grogi berpapasan dengan orang non muslim. Kita tidak bersikap arogan. Kita hanya menunjukkan percaya diri kita sehingga tidak menyingkir karena gemetar.

Semoga kita senantiasa istiqamah dan bangga dengan identitas sebagai seorang muslim. Seperti halnya Wafa dalam kisah di atas. Kebanggaannya sebagai seorang muslim bak sebuah mahkota yang bukan saja meningkatkan derajat di antara kerumunan orang lain, melainkan juga memancarkan cahaya yang membuat potensi dan kemampuannya semakin terlihat.



Friday, August 15, 2014

16 ALASAN MENGAPA KITA HARUS MENGHAFAL ALQURAN

Bisa membaca al-Qur'an itu keutamaan. Dan bisa menghafal al-Qur'an adalah lebih utama. Bisa memahami al-Qur'an itu adalah kewajiban. Dan paham ditambah hafal itu jauh lebih afdhal. Mengamalkan nilai-nilai al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari itu adalah tuntutan. Namun, mengamalkan karena termotivasi karena hafalan adalah lebih aman setiap saat.
Setidaknya itu yang harus kita renungkan sama-sama sebagai seorang muslim sejati. Ya, menghafal al-Qur'an merupakan suatu keniscayaan dalam kehidupan setiap muslim. Ia tidak akan bisa menerapkan Islam secara baik tanpa interaksi yang kuat dengan al-Qur'an sebagaimana para generasi sahabat dan salaf shaleh dahulu lakukan.
Untuk memotivasi kita agar bisa dekat al-Qur'an dan berjuang menghafalkan aya-ayatnya, maka setidaknya ada 16 alasan kenapa kita harus menghafal al-Qur'an:

1. Menghafal adalah landasan awal ketika Rasulullah menerima al-Qur'an dari malaikat Jibril alaihissalam. Allah berfirman dalam al-Qur'an:

بل هو آيات بينات فى صدور الذين أوتوا العلم

Artinya: "Bahkan al-Qur'an itu adalah ayat-ayat yang menjelaskan (terdapat) di dalam dada-dada orang-orang yang diberikan ilmu.."(QS al-Al-Ankabut: 49).

Sungguh, betapa indahnya ayat ini yang menjelaskan tentang agungnya aktifitas dada orang-orang yang menghafal ayat-ayat Allah swt. Allah mensifatkan bahwa mereka adalah orang-orang yang diberikan ilmu. Lalu, apakah ada yang disebut ilmu selain yang termuat dalam al-Qur'an al-Karim?!

Ayat di atas menjelaskan bahwa Dia akan memilih dari sekian hamba-hamba-Nya di muka bumi untuk kemudian dada akan dijadikan sebagai wadah bagi firman-firman-Nya. Sungguh ini merupakan keutamaan yang besar.

Malah ketika kita mau memperhatikan kekhususan yang diberikan kepada umat ini, - di mana dada para ulamanya penuh dengan al-Qur'an- kita semua pasti akan mengetahui berharganya menjadi para penghafal kitab-Nya.

2. Al-Qur'an adalah sumber dan muara semua sistem dan undang-undang umat ini.
Karena al-Qur'an ini adalah undang-undang kita selaku umat Islam, maka kita wajib untuk berhukum dengannya dan menjadikannya sebagai sumber hukum bagi orang lain. Darinya referensi bagi semua persoalan dan tasyri' (perundang-undangan). Tidak ada persoalan yang kecil ataupun besar sekalipun melainkan dijelaskan secara jelas di dalamnya. Ini sebagaimana firman Allah dalam ayat-Nya:

ما فرطنا فى الكتاب من شيء

Artinya: "Tidaklah Kami berlebih-lebihan (dalam menjelaskan) di kitab ini sedikitpun.."
Dan firman-Nya:

وما كان ربك نسيا

Artinya: "Dan tidaklah Tuhanmu lupa."

Al-Qur'an ini adalah cahaya yang dibawa umat untuk menerangi seluruh manusia agar risalahnya tersampaikan dengan menyeluruh, layaknya sebuah umat yang dilahirkan untuk manusia seluruhnya dan sebagai saksi atas mereka di dunia dan akhirat.

3. Menghafal al-Qur'an adalah fardhu kifayah.

Sebagian ahli ilmu menegaskan bahwa menghafal al-Qur'an itu merupakan kewajiban atas umat ini. Yang apabila telah dilakukan oleh sebagian kaum, maka akan terbebaslah kaum yang lain dari dosanya.

Badruddin Zarkasyi mengatakan: "Sahabat-sahabat kami mengatakan, "Belajar al-Qur'an itu 
hukumnya fardhu kifayah. Dan kegiatan menghafalkannya adalah wajib atas umat ini."

4. Menghafal al-Qur'an itu berarti meneladani Rasulullah saw.

Allah telah menjadikan Rasulullah saw, Muhammad sebagai teladan yang baik bagi umat ini. Dan menghafal al-Qur'an itu sendiri adalah bagian dari meneladani sunnah-sunnahnya. Itu dikarenakan Rasulullah selalu menghafalkannya, rajin membacanya dan disimak oleh malaikat Jibril as. Demikian pula, Rasulullah menyimakkannya kepada para sahabatnya dan para sahabatnya menyimakkan kepada beliau.

5. Menghafal al-Qur'an juga sama dengan meneladani para salaf sholeh.

Menghafal al-Qur'an di masa kanak-kanak dan masa muda adalah bagian mencontoh salaf sholeh, menapaki jejak mujahadah (kesungguhan) mereka dan menempuh contoh jalan hidayah Allah. Dahulu, salaf sholeh memulai menghafal al-Qur'an sebelum menghafal ilmu-ilmu lain dan memberikan perhatian lebih kepadanya sebelum kepada disiplin keilmuan lainnya. Tidaklah anda membaca tentang biografi para ulama dahulu melainkan engkau pasti akan membaca di dalamnya bahwa ia, "menghafal al-Qur'an dahulu lalu baru kemudian menuntut ilmu-ilmu keislaman lainnya."

6. Menghafal al-Qur'an adalah karakteristik umat Rasulullah saw.

Imam Jazari mengatakan: "Dahulu itu, para ulama menukilkan al-Qur'an melalui dada-dada dan hati-hati yang dipenuhi hafalan al-Qur'an. Bukan melalui tulisan mushaf dan kitab-kitab. Inilah karakteristik yang paling mulia yang Allah berikan kepada umat ini."
Sungguh, aktifitas menghafal al-Quran ini akan senantiasa menjadi syiar bagi umat ini dan menjadi duri di kerongkongan musuh-musuh Islam.

Laura Faghliry, wanita orientalis mengatakan: "Sungguh, hari-hari ini kita tidak bisa membendung terjangan ombak keimanan ribuan umat muslim yang mampu mengulang-ngulan bacaan al-Qur'an dengan hafalan. Di Mesir sendiri jumlah huffazul qur'an (penghafal al-Qur'an) jauh melebihi jumlah kaum Nasrani yang mampu membaca Injil secara hafalan di seluruh Eropa."

James Minzez, seorang non Islam yang diharamkan mendapatkan cahaya al-Qur'an mengatakan: "Mungkin itulah, al-Qur'an merupakan kitab yang paling banyak dibaca manusia di atas dunia ini. Sungguh, ia adalah bacaan yang paling mudah dihafal manusia."

7. Menghafal al-Qur'an adalah proyek ibadah yang tidak mengenal bahasa kegagalan.

Takut gagal dan tidak berhasil saat ini sudah menjadi rintangan dan sekat yang menghalangi antara seseorang dan angan-angannya. Dan bisa jadi semua akhir dari semua proyek manusia adalah benturan keras yang terjadi karena sekat kegagalan dan ketidakmampuan untuk melanjutkan sebuah pekerjaan. Akan tetapi proyek menghafal al-Qur'an tidak akan pernah mengenal yang namanya pemikiran tersebut. Ketika seorang pemuda memulai pekerjaan menghafal al-Qur'an ini, kemudian berhenti dan melemah tekadnya sebelumnya selesai menghafal, apakah bisa dikatakan ia telah gagal sesungguhnya, misalnya saja ia telah menghafal beberapa juz?! Tentu saja usahanya tidak sia-sia dalam sekejap. Hanya saja hafalannya itu hilang sejenak. Seluruh waktu yang pernah ia kerahkan untuk membaca dan menghafal yang membuatnya mengorbankan segala kenikmatan dunia tentu saja adalah bagian dari ketaatan kepada Allah swt. Bisa dibayangkan, berapa surat dan berapa ayat yang pernah ia ulang-ulang?! Sementara setiap huruf akan dibalas dengan sepuluh kali lipat oleh Allah swt.

8. Menghafal al-Qur'an itu mendapat garansi kemudahan untuk semua orang.
Banyak orang yang bercita-cita bisa merealisasikan impiannya dan mengukir prestasi yang memuaskan. Namun, seringkali kemampuan akalnya menjadi penghalang untuk menggapai itu semua. Tapi tidak untuk al-Qur'an. Bisa kita saksikan betapa banyak orang-orang yang memiliki keterbatasan fisik dan lemah dalam hafalan, tapi mampu menghafal al-Qur'an.
Qurthubi mengatakan tentang ayat: "Sungguh telah Kami mudahkan al-Qur'an untuk diambil pelajaran."(Qs al-Qomar: 17), yakni, "Kami mudahkan al-Qur'an ini untuk dihafal, dan akan Kami bantu mereka yang mau menghafal. Lalu, adakah orang yang mau menghafal lalu mendapatkan pertolongan-Nya?"

9. Penghafal al-Qur'an adalah keluarga Allah dan orang-orang pilihan-Nya.
Di antara penyempurnaan penghormatan Allah dalam menjaga kitab suci-Nya adalah dengan menjadi dari hamba-hamba-Nya yang hafal al-Qur'an. Sungguh itu merupakan sebuah kehormatan yang tidak ada bandingannya bagi manusia di dunia ini. Di mana dengan sifat itu seorang hamba yang fakir dan lemah menjadi keluarga dan orang-orang pilihan-Nya. Keluarga dan orang-orang pilihan-Nya itu tent lebih patut memperoleh rahmat, pemaafan, cinta dan dekat dengan-Nya tabaroka wata'alaa.
Diriwayatkan oleh Anas bin Malik dari Rasulullah saw ia berkata: "Sesungguhnya Allah memiliki 'keluarga' di antara manusia sekalian." Para sahabat bertanya: "Siapa mereka, wahai Rasulullah?" Beliau menjawab: "Mereka adalah ahlul qur'an dan orang-orang pilihan-Nya." (HR. Ibnu Majah)

Silahkan saja setiap manusia bangga dengan predikat yang ia miliki di dunia ini. Entah itu ia ahli harta, ahli seni ataupun ahli olahraga. Silahkan pula sebut nama-nama itu semua pada setiap kamus yang ada dengan sifat dan pujiannya. Apakah ada yang lebih baik dari pada sifat yang dimiliki oleh seseorang yang bergelar 'keluarga Allah dan hamba pilihan-Nya.'?

10. Menghormati Penghafal al-Qur'an berarti mengagungkan Allah swt.

Dari Abu Musa al-Asya'ri radiyallahu anhu ia berkata: Rasululla saw bersabda: "Di antara bentuk mengagungkan Allah adalah memuliakan orang tua yang muslim, memuliakan penghafal al-Qur'an yang taat dan menghormati setiap pemimpin yang adil." (HR. Abu Daud). Inilah dalil tentang ketinggian kedudukannya dan kebesaran perannya.

11.Akan ditempatkan bersama duta-duta yang mulia lagi berbakti (para malaikat).

Dari Aisyah radiyallahu anha bahwa nabi shallahu alaihi wasallam bersabda: "Perumpamaan orang yang membaca al-Qur'an sementara ia hafal akan ditempatkan bersama para duta-duta Allah yang mulia lagi berbakti. Dan perumpamaan orang yang membacanya dalam keadaan berat namun ia tetap berusaha, maka baginya dua pahala."(HR. Bukhari).

Sudah tidak bisa pungkiri saat ini manusia begitu berbangga diri ketika menyandarkan diri kepada salah seorang pembesar atau seorang tokoh agama yang penuh dengan ketenaran. Bisa jadi itu pada bidang olahraga ataupun sia-sia yang penuh kebatilan. Sungguh itu merupakan kecelakaan besar karena keteledoran diri. Namun demikian indah bagi para penghafal al-Qur'an ketika mereka memilih bersama para duta-duta Allah yang suci (malaikat).

12. Akan memperoleh syafaat di hari kiamat.

13. Penghafal al-Qur'an orang yang seharusnya diirii (dalam arti yang positif)
Dalam hidup ini Allah telah melebihkan derajat satu golongan dengan golongan yang lainnya.

"ولقد فضلنا بعصهم على بعض وللآخرة أكبر درجات وأكثر تفضبلا"

Artinya: "Dan telah Kami lebihkan sebagian dari mereka atas sebagian yang lainnya. Dan negeri akhirat lebih besar derajatnya dan lebih banyak keutamaannya."(Qs al-Isra: 21)
Dari Ibnu Umar radiyallahu anhuma Rasulullah saw bersabda: "Tidak boleh merasa hasud melainkan pada dua golongan: "Seseorang yang Allah berikan kepadanya al-Qur'an, lalu ia membacanya siang dan malam. Dan seseorang yang Allah karuniakan hartan kekayaan lalu ia menginfakkan hartanya itu siang dan malam." (HR. Bukhari dan Muslim)

14. Para penghafal al-Qur'an akan berada di surga yang paling tinggi.

Rasulullah bersabda: "Akan dihadirkan penghafal al-Qur'an pada hari kiamat, lalu dikatakan kepadanya: "Wahai Robb, berikanlah ia hiasan." Maka iapun dikalungkan mahkota kemuliaan." Lalu dikatakan lagi, "Ya Robb, tambahkanlah ia." Maka ditambahkan mahkota kemuliaan kepadanya. Kemudian dikatakan lagi kepadanya: "Ya Robb, ridhoilah ia." Akhirnya dikatakan kepadanya, "Bacalah dan naiklah. Sesungguhnya bagimu setiap ayat adalah satu kebaikan." (HR. Tirmizi, Hakim dan hadits ini dihasankan statusnya oleh syekh Albani).

15. Menghafal al-Qur'an di antara sebab-sebab terbebasnya seseorang dari siksa neraka.
Rasulullah saw bersabda: "Seandainya al-Qur'an ini diletakkan di hati seorang mukmin, kemudian dilemparkan ke dalam neraka, niscaya tidak akan terbakar hatinya."(HR. Ahmad)

16. Bank Kebaikan.

Sabda nabi Saw: "Barangsiapa yang membaca satu ayat dalam al-Qur'an maka baginya satu kebaikan. Dan setiap kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kali. Aku tidak mengatakan alif laam miim itu satu huruf. Tapi alif satu huruf, laam satu huruf dan miim satu huruf."(HR. Tirmizi, ia mengatakan hadits ini hasan shahih).

Semoga Allah memudahkan kita untuk menjadi hamba-hamba-Nya yang hafal dan memahami al-Qur'an serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, Amiin Ya Robbal a'lamin.
Wallahu a'lam bish-showab.
(Hidayatullah, Lc al-Hafizh)

Thursday, August 14, 2014

Jaga Lisan :')

seorang Muslim itu dilihat dari lisannya dan amalnya | siapa yang buruk lisannya biasanya juga buruk amalnya

lisan seorang Muslim bukanlah yang pandai mencela | baik pada ummat lain, apalagi sesama saudara

dunia tidak selamanya adil, ada kejahatan yang tak terbalaskan, ada kebaikan yang tak terjelaskan | karena itulah ada "Hari Pembalasan"

jadi teruslah berbuat baik walau manusia menuduh anda buruk | maka senantiasa jauhi keburukan walau dikira itu bagian kebaikan

manusia yang habis akal memang cennderung memfitnah | pahami saja, orang panik tak punya cara yang lainnya

manusia yang dengki memang cenderung mencaci | coba mengerti saja, yang tumpul akalnya tajam lidahnya

bila kita berbuat hanya karena Allah, kita dicukupkan dari anggapan manusia | cukuplah Al-Qur'an yang jadi penyemangat dan pengingat

begutulah arti ayat yang selalu kita lisankan "Maaliki Yaumiddiin" | Dialah Allah, pemilik "Hari Pembalasan", Dia Yang Maha Adil

maka tidak lepas pengetahuan dan pengawasan-Nya akan hamba-Nya | semua baik dan semua buruk telah tercatat, maka bertenanglah

hindarkan lisan yang kasar pada diri sendiri, perbaiki akhlak semulia Nabi | tak usah risau dan bersedih hati dengan mereka yang mendengki

jalan kebenaran ini panjang, tapi tentu pasti berujung | jalan perjuangan kadang melelahkan, tapi akhirnya kebahagiaan

membenci adalah tugasnya para pembenci, itu suatu kewajaran | bila Muslim, ia menyelamatkan diri dan orang lain, dari lisan dan tangannya

tidak dihisab suatu ucapan kecuali bagi yang empunya lidah | bertenanglah, di "Hari Pembalasan", penguasanya hanya Allah

Belajar Agama

terkadang kita baru akan dewasa, saat semua kemudahan tiada | seringkali kita baru mau belajar agama, saat kita jadi minoritas

begitulah yang saya lihat, saat mengunjungi Muslim minoritas | termasuk saat ini saat berkunjung ke Muslim Indonesia di Jerman

banyak yang saat di Indonesia biasa-biasa saja dengan agama | mendapatkan hidayah justru saat jauh dari tanah kelahirannya

itulah karunia Allah pada orang-orang yang berhijrah di jalan Allah | Allah berikan ganti rezeki, persaudaraan, dan ilmu saat perjalanan

memang risikonya juga berat, kaum Muslim yang monoritas itu | kalau jadi baik ya baiknya full, kalau jahat juga jahatnya maksimal

tapi alhamdulillah, beginilah cara Allah menolong hamba-hamba-Nya | saat Muslim jadi minoritas, mereka mulai merasa belajar itu perlu

dan coba tengok kita yang ada di Indonesia, saat semua sudah tercukupi | kita malah menggampangkan agama, malas belajar agama

Jum'atan misalnya, di Indonesia sudah pasti ada khatibnya | sehingga kita nggak merasa perlu belajar jadi khatib dan Imam Jum'at

padahal harusnya di Indonesia dimana semua tercukupi dalam agama | kita lebih banyak belajar dan menyerap ilmu, tapi begitulah manusia

maka jangan-jangan selama ini kita tak berkembang | karena terlalu banyak kemudahan? terlalu banyak fasilitas?

Mahabenar Allah, di dalam satu kesulitan ada dua kemudahan | di negeri dimana Islam asing, justru banyak yang menemukan Islam

belajar Islam bukan pas perlu, tapi memang kewajiban | jangan sampai pas perlu saja, baru mau belajar

keterbatasan bukan alasan untuk tidak bisa memahami Islam | bila mereka yang terbatas saja bisa, kita harusnya apalagi..

Tidak Perlu Istimewa

orang istimewa jarang minta diistimewakan, Rasulullah misalnya | orang yang minta diistimewakan, biasanya malah nggak istimewa

maka sangat penting bagi kita | untuk nggak merasa sok penting

hal berat yang saya rasakan sebagai pendakwah dan penulis | dikenal dan diketahui orang, padahal saya sangat menikmati jadi "nobody"

menjadi "bukan siapa-siapa" itu enak, kemana-mana mudah, nggak ada beban | bagi saya bila lalu diistimewakan, malah buat merinding

kesannya, diistimewakan padahal ilmu kita cetek, dianggap hebat padahal kita bodoh | Rasulullah saja tidak mau diistimewakan oleh sahabat

enaknya, mengistimewakan orang lain, apalagi orang berilmu | melayani guru-guru, nah, yang itu justru kehormatan, buat hati tenang

nyopirin ustadz @mfatihkarim, jadi mc-nya ustadz @Hafidz_AR1924 | justru jadi kenikmatan tersendiri

saat kita meminta atau ingin diri kita diistimewakan, hati-hati | jangan-jangan benih sombong sudah mulai bertunas, hati-hati

Islam is My Life

tidak ada anugerah lebih baik dari Allah melebihi hidayah Islam | dengannya dunia jadi menenangkan, dan surga menjadi mungkin

setelah seseorang dibimbing Allah menjadi Muslim, dan Allah berkehendak baik padanya | maka paham dalam agama, adalah pemberian berikutnya

hari ini kita kembali bersyukur atas nikmat Islam, atas karunia Allah | dan tentu mendoakan yang lain mendapatkan nikmat yang sama

beruntunglah yang mampu merasakan kebahagiaan dalam ibadah | dan kegundahan dalam maksiat, serta pertaubatan dalam dosa

Hukum Puasa 6 Hari di Bulan Syawal

01. "siapa puasa Ramadhan, lalu dia ikuti dengan puasa 6 hari di bulan Syawal, seakan-akan dia berpuasa setahun penuh" (HR Muslim)

02. hukum puasa 6 hari di bulan Syawal adalah sunnah | semua ulama bersepakat tentangnya dan tiada perbedaan

03. ada pendapat bahwa qadha Ramadhan (bayar hutang puasa Ramadhan) | sedianya didahulukan sebelum puasa sunnah Syawal

04. karena lafadz "siapa puasa Ramadhan, lalu dia ikuti.." | mengarahkan kita untuk sempurnakan dulu puasa Ramadhan kita

05. juga kita ketahui hutang puasa yang wajib membuat puasa Ramadhan tidak lengkap | karena itu sempurnakan dulu, baru puasa Syawal

06. juga hadits "karena hutang kepada Allah lebih berhak dilunasi" (HR Bukhari) | sebagai penguat untuk dahulukan ganti puasa Ramadhan

07. juga perkara "ma'lumun minaddini bi adh-dharurah" (perkara yang diketahui umum dalam agama) | bahwa yang wajib didahulukan dari sunnah

08. dan seandainya seseorang meninggal sebelum tunai kewajiban ganti puasa (qadha) | maka itu jadi hutang yang harus dilunasi ahli-waris

09. "siapa meninggal sedangkan ia (masih) dalam kewajiban berpuasa, maka walinya (kerabatnya) berpuasa untuknya" (HR Bukhari Muslim)

10. semua dalil diatas memberikan keterangan yang tunggal | bahwa lebih didahulukan ganti puasa, dari shaum Syawal yang sunnah

11. pertanyaanya | "bulan Syawal kan terbatas, boleh gabung 2 niat? niat shaum Syawal dan shaum pengganti Ramadhan sekaligus?"

12. "tidak boleh melakukan puasa sunnah dengan dua niat sekaligus yaitu dengan niat ganti puasa dan niat puasa sunnah"

13. itu adalah pendapat Lajnah Ad Da-imah Lil Buhuts wal Ifta’ (Komisi Fatwa di Saudi Arabia) yang bisa dijadikan rujukan

14. sebagaimana niat shalat shubuh 2 rakaat | tak bisa digabungkan dengan niat shalat sunnah qabliyah shubuh yang juga 2 rakaat

15. adapun menggabung niat puasa sunnah dan puasa sunnah lain | misal puasa Syawal digabung puasa senin-kamis dan pertengahan bulan, sah

16. "bagaimana Muslimah yang haid saat Ramadhan bisa dapat pahala puasa Syawal?" | ya selesaikan dulu puasa gantinya, baru puasa Syawal

17. puasa ganti Ramadhan kan boleh tiap hari, Muslimah bolong puasa Ramadhan paling 5-7 hari (normal) | bulan Syawal ada 29-30 hari

18. "saya ibu hamil tahun kemarin, tahun ini menyusui, hutang puasa 2 bulan, mustahil dapat pahala Syawal dong?" | hehe.. tenang-tenang

19. bagi yang begitu, puasalah dengan niat ganti puasa Ramadhan, insyaAllah pahala puasa Syawalnya juga dapet, Allah Mahaluas Rahmat-Nya

20. artinya bukan digabung niatnya, tapi niat tunaikan hutang wajib (puasa ganti) | dan berharap moga-moga Allah beri pahala sunnahnya

21. pertanyaan lagi "jika tetep mau dahulukan puasa sunnah Syawal 6 hari bagaimana?" | boleh aja, nggak dosa, hanya saja tidak utama

22. karena yang utama itu berhati-hati, umur tiada yang tahu | selesaikan hutang wajib lebih didahulukan dari amal yang sunnah

23. "lalu bagaimana tatacara puasa ganti dan puasa Syawal?" | boleh dimulai sehari setelah Ied Fitri, 2 Syawal hari ini sudah bisa dimulai

24. adapun puasa ganti Ramadhan, bagusnya dilakukan segera, tiap hari secara berturut-turut | agar segera tunai hutang yang wajib

25. adapun puasa sunnah 6 hari Syawal | Imam Syafi'i dan Ibnu Mubarak menganjurkan dilakukan setiap hari secara berurutan

26. sedang Imam Ahmad bin Hanbal dan Imam Waki berpendapat | boleh saja puasa 6 hari Syawal berurutan, boleh juga terpisah-pisah

27. logikanya, bila shaum sunnah Syawal semangat, harus lebih semangat lagi bayar hutang yang wajib dong | wajib dulu, baru sunnah

28. kesimpulannya, boleh jika mau dahulukan puasa sunnah Syawal 6 hari | namun lebih utama sempurnakan dulu ganti puasa Ramadhan

29. jangan pula menganggap setiap bolong puasa Ramadhan bisa diganti dengan fidyah | nggak semua bolong puasa bisa diganti dengan fidyah

30. yang masih bingung tentang qadha puasa, fidyah, kafarat dan lainnya

Siapa Tahu Bisa Di Surga

terkadang cinta perlu dididik dengan jarak | agar ia kembali segar dan kembali semerbak

karena kemudahan berterusan itu menggampangkan yang dicintai | dan jarak membuat pengorbanan yang pada gilirannya buat bernilai

jarak menciptakan kerinduan | waktu menerbitkan harapan

selama aku tak ada bersama gantikanlah canda dengan doa | isilah malam dengan sujud dan munajat agar kelak bisa berjumpa

bila tidak lagi di dunia | siapa tahu bisa di surga

Fulltime Mother by Ustadz Felix Siauw

1. saya masih ingat beberapa tahun lalu sebelum Muslim | papi sempat menasihati saya perihal "Ibu Rumah Tangga"
2. "lix, selama papimu masih bisa mencukupi keluarga, mamimu tugasnya di rumah" | tegas papi berpendapat soal IRT
3. padahal saat itu isu feminisme sedang santer | wacana wanita karir sedang panas-panasnya | arus genderisme mewabah
4. tapi papi tenang aja lalu menyampaikan | bahwa dia ingin yang terbaik bagi anak-anaknya | dan itu berarti perhatian full dari ibu mereka
5. hidup kala itu tidak mudah, dan akal lebih mudah seandainya mami bekerja | tapi papi sudah mengambil pilihan, dan itulah yang ia jalani
6. karena semua manusia punya pilihan | apa yang didapat dan apa yang dikorbankan | semua selalu tentang pilihan
7. sebelum Muslim pun saya tumbuh dengan memahami | lelaki dan wanita tidaklah sama | mereka punya kelebihan di bidang masing-masing
8. posisi ibu dalam dunia anak itu tidak tergantikan | perhatian seorang ibu pada anaknya takkan terbeli sebanyak apapun harta
9. dan posisi ibu itu tidak bisa diulang kembali | karena umur anak takkan bisa diputar lagi
10. maka ketika memilih calon ibu dari anak-anak kami syaratkan | "maukah engkau menjadi fulltime-mother bagi anak-anak?"
11. "saya nggak mau ketika anak dewasa lalu bermaksiat, kita menyesal 'mengapa dulu tidak habiskan lebih banyak waktu bersamanya?!'"
12. itu pemahaman sebelum Muslim | saat sudah mengenal Islam | kami memahami betul Islam paling memuliakan wanita
13. feminisme menjadikan materi sebagai standar sukses | wajar bila mereka merasa dunia tidak adil | karena materi jadi penanda sukses
14. feminisme menganggap waniat modern harus lebih mirip lelaki | bahwa bila wanita tidak bekerja maka wanita akan direndahkan
15. feminisme sukses mendidik wanita melihat kesuksesan sebagai | punya penghasilan tinggi, gelar seabrek, mobil mewah, buka aurat dll
16. wajar hasilnya di negara-negara asal feminisme | wanita jadi lebih malas berkeluarga apalagi memiliki anak | kerja lebih asyik
17. menurut pandangan feminis | IRT itu perendahan martabat perempuan, tidak modern, perbudakan terhadap wanita
18. wajar di negara-negara yang vokal feminisme | perceraian pun memuncak | karena tidak ada satu pemimpin dalam keluarga
19. US misalnya yang jadi kampiun feminisme | angka perceraian mencapai 50% per 2012 sila rujuk http://t.co/OUvEkdUY8L
20. "nearly 80% cited financial problems as the leading cause of the marital demise" (Carr, 2003, p.10) | http://t.co/zQFsyYQuqe
21. feminisme mangaburkan fungsi ayah dan ibu dalam rumah tangga | hanya semata-mata demi mendapat lebih banyak materi
22. akhirnya meningkatlah angka single parents http://t.co/k9eNybXtq7 | dan jelas broken home http://t.co/yUvU499gT9 http://t.co/qAjjFfHBQJ
23. banyak juga studi-studi yang menperingatkan | sangat sulit untuk memadukan ibu dan karir sekaligus | http://t.co/mu5t6N2u3m
24. sebagai tambahan, US yang melahirkan gerakan feminisme saja | sudah banyak bermunculan gerakan anti-feminisme sebagai gantinya
25. di US, sudah banyak wanita sadar bahwa feminisme mengorbankan keluarga | mereka ingin kembali menjalankan peran ibu rumah tangga
26. karena seberapa banyak waktu pun yang didedikasikan untuk mendidik anak | tiada pernah akan ada waktu yang cukup untuknya
27. "saya ibu sekaligus karyawan, anak saya baik-baik saja" | di-sambi aja sudah baik, apalagi bila fulltime-mother? tentu sangat baik
28. lalu pertanyaan prinsipil | "apakah Islam melarang wanita bekerja?" | "apakah wanita tidak boleh berpendidikan tinggi?"
29. dalam Islam hukum wanita bekerja itu mubah (boleh) | sedangkan menjadi "ibu dan pengelola rumah tangga" itu kewajiban
30. jadi sah-sah saja wanita memilih bekerja | namun beres juga kewajibannya | tentu bila dia lebih memilih yang wajib, itu yang utama
31. hidup memang perkara pilihan | dan Islam memerintahkan untuk memaksimalkan waktu ibu untuk anak-anaknya | urusan uang biar ayahnya
32. bagaimana dengan wanita yang ditinggal suami apapun alasannya | maka bekerja menafkahi anak tentu amal pahala besar baginya
33. maka karir terbaik wanita | adalah menjadi ibu sepenuhnya
34. tentang pendidikan? | tidak bosan-bosan saya sampaikan | bahwa seorang ibu HARUS terdidik sempurna, tinggi dan luasnya
35. bahkan wanita Muslimah WAJIB lebih terdidik daripada lelaki | karena ialah madrasatul ula (pendidikan pertama dan utama) anak-anaknya
36. maka jangan tanya "untuk apa pendidikan tinggi bila hanya jadi IRT?" | jadi IRT justru perlu pendidikan tinggi
37. karena di tangan kaum ibu generasi Muslim berada | bukan di tangan ayah generasi Muslim dibentuk
38. banyak wanita yang sebetulnya bisa menggapai dunia lebih dari lelaki | tapi mereka mengorbankan segalanya demi anaknya | MULIA
39. dari ibunda MULIA semisal itulah | menjadilah Imam Syafi'i, Imam Malik bin Anas, Imam Abu Hanifah dan Imam Ahmad
40. rata-rata ulama besar menghabiskan masa kecil dalam yatim | ibu merekalah yang mendidik dan mendaras Al-Qur'an setiap waktu
41. sembah sujud kami pada Allah yang selalu menjaga dunia dengan para ibunda MULIA | yang mau mengorbankan semua buat kami anak-anaknya
42. hormat khidmat kami padamu wahai ibu | yang gadaikan semua waktu tanpa sesal dan keluh | membina kami jadi yang terbaik dalam agama
43. pada para bunda MULIA doa kami | "Wahai Tuhanku, kasihilah keduanya, sebagaimana keduanya TELAH MENDIDIK AKU WAKTU KECIL" (QS 17:24)
44. kembali lagi semua masalah pilihan | part-time mother or full-time mother? | you decide

Wednesday, August 6, 2014

Khilafah

1. dalam Islam, segala sesuatu amalan tergantung pada niatnya | selain tergantung pada niatan, nilainya juga tergantung caranya

2. maka walau niat ikhlas karena Allah, bila salah dalam caranya | maka amal itu hanya akan jadi amal yang sia-sia dan tak berguna

3. apakah itu shalat, zakat, puasa, menolong orang, ataupun belajar | semua amal baik harus dilakukan dengan niat dan cara yang benar

4. karena amalan ikhlas namun tidak sesuai cara Rasulullah | pasti akan menghasilkan kerusakan dan juga musibah

5. maka amalan Rasulullah adalah metode baku dalam kita beramal | artinya kita selalu mencontoh dan meneladani Rasulullah secara total

6. apalagi pejuang Islam yang berjuang dalam agama Allah | maka ia harus senantiasa menilik langkah dakwah Rasulullah

7. maka pejuang-pejuang Islam ini senantiasa harus bijak dan sabar | karena mereka duta Islam yang akan selalu disorot untuk belajar

8. selain itu musuh-musuh Islam senantiasa menunggu salah dan alpa | agar dapat memanfaatkan kesalahan itu untuk mencela dan menghina

9. kita yakin setiap amal ikhlas bila disesuaikan dengan tuntunan Nabi | maka pasti akan jadi kebaikan abadi, berkah manfaat tanpa henti

10. karena amalan selain amalan Rasulullah pasti akan tertolak | pasti ada lebih atau ada kurang, timbulkan mudharat atau merusak

11. begitupun Khilafah Islam, adanya harusnya berikan keamanan | perlindungan bagi manusia, yang beriman ataupun yang belum beriman

12. begitu contoh yang kita dapat dari Rasulullah dan 4 Khalifah | penerapan Islam yang tegas, melindungi, namun tetap indah

13. Rasulullah mencontohkan bagaimana hidup berdampingan | saat itu Yahudi, Nasrani dan Muslim hidup dalam satu aturan

14. Khilafah tidak memaksakan Islam, ia menawarkan keindahannya | Khilafah justru jadi contoh, bagaimana hebatnya Islam dan ajarannya

15. Rasulullah memerangi kafir yang memerangi kaum beriman | dan berdakwah pada kafir dzimmi, mereka yang tunduk tak membahayakan

16. dalam Islam, Khilafah Islam adalah keniscayaan, janji Allah | yang insyaAllah dalam waktu dekat akan tegak dengan izin Allah

17. Khilafah yang menyatukan, melindungi, menerapkan syariat | memberikan rasa aman, kebaikan, dan keindahan bagi yang melihat

18. kita memang perlu banyak belajar, lebih bijak dalam berdakwah | kita kadang benar, banyak salahnya, karenanya kita berserah pada Allah

maka, bagi temen-temen yang mau ikut pembinaan Islam secara intensif dan sistematis, supaya lebih memahami Islam secara menyeluruh, termasuk tentang ide lengkap dan utuh tentang Khilafah, dan bagaimana cara memperjuangkannya

boleh ikutan #YukNgaji yang diselenggarakan oleh Hizbut Tahrir Indonesia, bareng-bareng menuntut ilmu dan mendakwahkannya


by:
Ustadz Felix Siauw

Setipis Apa Hijab Seorang Perempuan?

SERING kita jumpai wanita yang menggunakan hijab tipis, di sekolah, di kampus, di tempat kerja dan dimana pun. Namun perlu kita ketahuai bahwa menggunakan hijab merupakan kewajiban kita ebagai seorang muslim sejati. Karena aurat yang harus kita tutupi salah satunya ialah rambut.

Rambut merupakan mahkota yang harus kita jaga agar tidak terlihat oleh orang lain terutama lawan jenis. Maka haram hukumnya jika memaka hijab tipis, mengapa demikian? karena hijab yang tipis tidak dapat menutup aurat kita secara sempurna sehingga meskipun kita mengenakan hijab namun aurat kita masih dapat terlihat.

Untuk itu bagi para kaum wanita muslim diharuskan mengenakan hijab yang terbuat dari bahan yang dapat menutup aurat kita secara sempurna. Jika tidak, maka kita akan masuk surga sesuai dengan sabda Rasulullah SAW :
صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا بَعْدُ، قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُوْنَ بِهَا النَّاسَ، وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مَائِلاَتٌ مُمِيْلاَتٌ رُؤُوْسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ، لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيْحَهَا وَإِنَّ رِيْحَهَا لَيُوْجَدُ مِنْ مَسِيْرَةِ كَذَا وَكَذَا

Yang artinya ada dua golongan penduduk Neraka yang belum pernah aku lihat, pertama: satu kaum yang memiliki ekor seperti sapi yang memukul manusia. Kedua: para wanita yang berpakaian tapi telanjang, mereka melakukan penyimpangan serta penyelewengkan kepada orang lain dari kebenaran.

“Kepala mereka seperti punuk unta yang miring atau condong. Mereka ini tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium wangi surga, padahal wangi surga akan tercium dari jarak sebelum pintu surga,” (HR. Muslim).

Arti dari berpakaian tetapi telanjang ialah para wanita yang mengenakan pakaian, tetapi tidak menutupi auratnya. Sehingga Para Ulama mengatakan bahwa pakaian itu tipis sehingga terlihat kulitnya. Inilah yang di maksud berpakaian tapi telanjang. Seperti juga pakaian yang tebal tapi pendek, maka ini juga berpakaian tapi telanjang. Atau wanita yang mengenakan pakaian sempit atau ketat yang melekat di kulit dan membentuk badannya, seakan-akan dia tidak mengenakan pakaian.

Maka ini juga termasuk berpakaian tapi telanjang. Oleh karena itu mulai dari sekarang, pandai-padailah dalam memilih hijab yang akan kita kenakan, karena sia-sia saja usaha kita untuk menutup aurat jika pada akhirnya aurat kita tidak tertutup dengan sempurna.

[santi/islampos/perca]

Hukum Menggunakan Hijab Punuk Unta

DI zaman yang serba modern ini, banyak sekali gaya-gaya yang menurut kebanyakan orang adalah gaya yang lagi ngetrend. Seperti halnya dalam penggunaan hijab. Salah satu yang lagi trend sekarang ini adalah adanya hijab punuk unta. Seperti layaknya unta, hijab punuk unta ini adalah gaya kerudung yang sengaja dibuat tonjolan di belakang kepala. Lalu, bagaimana hukumnya dalam Islam?

Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
( صنفان من أهل النار لم أرهما قوم معهم سياط كأذناب البقر يضربون بها الناس ونساء كاسيات عاريات مائلات مميلات رؤوسهن كأسنمة البخت المائلة لايدخلن الجنة ولا يجدن ريحها وان ريحها لتوجد من مسيرة كذاوكذا )
رواه أحمد ومسلم في الصحيح .
“Ada dua golongan penduduk neraka yang belum aku melihat keduanya yaitu kaum yang membawa cemeti seperti ekor sapi untuk mencambuk manusia (maksudnya penguasa yang dzalim), dan perempuan-perempuan yang berpakaian tapi telanjang, cenderung kepada kemaksiatan dan membuat orang lain juga cenderung kepada kemaksiatan. Kepala-kepala mereka seperti punuk-punuk unta yang berlenggak-lenggok. Mereka tidak masuk surga dan tidak mencium bau wanginya. Padahal bau wangi surga itu tercium dari jarak perjalanan sekian dan sekian waktu (jarak jauh sekali),” (HR. Muslim dan yang lain).

Maksud dari hadits “kepala mereka seperti punuk unta,” adalah wanita yang menguncir atau menggulung rambutnya sehingga tampak sebuah benjolan di bagian belakang kepala dan tampak dari balik hijabnya.

Ancaman yang sangat keras bagi setiap wanita yang keluar rumah menonjolkan rambut yang tersembunyi di balik hijabnnya adalah tidak dapat mencium bau wangi surga, padahal bau wangi surga bisa dicium dari jarak yang sangat jauh.

Apabila telah ada ketetapan dari Allah baik berupa perintah atau pun larangan, maka seorang mukmin tidak perlu berpikir-pikir lagi atau mencari alternatif yang lain. Terima dengan sepenuh hati terhadap apa yang ditetapkan Allah tersebut dalam segala permasalahan hidup.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Dan tidakkah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu’min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata,” (QS. Al-Ahzab: 36)

Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu,” (QS. Al Hujaraat: 15).

Kalau kita cermati dengan seksama maka akan jelas sekali bahwa saat ini banyak kaum wanita yang telah melakukan apa yang dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam dalam hadits tersebut, yaitu memakai jilbab yang dibentuk sehingga mirip punuk unta. Kalau berjilbab seperti ini saja tidak masuk surga, bagaimana pula yang tidak berjilbab?

Inti dari larangan dalam hadits tersebut adalah bertabarruj, yaitu keluar rumah dengan berdandan yang melanggar aturan syari’at dan berjilbab yang tidak benar sebagaimana firman Allah, “Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu (bertabarruj) berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu,” (QS. Al-Ahzaab: 33).


[rika/islampos/kajianislam]

Ini Hukum Wanita Memakai Perhiasan


perhiasan emas Ini Hukum Wanita Memakai Perhiasan


WANITA memang mempunyai kecenderungan untuk tampil cantik. Tak heran kalau kemudian ada yang meluangkan waktu secara khusus untuk perawatan kecantikan di salon ataupun spa. Bahkan ada yang melakukannya dengan cara yang lebih ekstrem seperti mengerik alis, dan sebagainya.

Ada pun perempuan yang selalu memakai perhiasan berlebih dan memperlihatkannya pada orang lain terutama terlihat oleh laki-laki yang bukan muhrim. Memakai perhiasan membuat kita ingin keluar rumah supaya terlihat orang (ria). Nah, khusus yang terakhir, bagaimana Islam mengaturnya?

Rasulullah SAW bersabda: “Kami lihat di dalam surga,  maka paling sedikitnya orang-orang yang ada di dalam surga itu ialah perempuan. Mengapa demikian? Rasulullah menjawab. Pertama,  Karena perempuan itu suka memakai perhiasan di dunianya. Kedua,  perempuan yang sering menggunakan perhiasan menjadi takabur. Ada pun orang yang takabur, bangunnya dari kubur seperti semut yang merayap dan diinjak orang lain. Tidak ada harganya. Ketiga, menagisi pakir serta miskin yang tidak punya pakaian atau perhiasan itu. maka dari itu oleh syariat islam diharamkan memakai perhiasan.“

Akan tetapi hal tersebut dibatasi dua syarat penting;
  1. Dia tidak boleh menampakkan perhiasannya kepada seorang pun non mahram.Yang boleh melihatnya hanya sang suami dan mahramnya saja di tempat-tempat yang boleh mereka lihat, seperti di telinga dan hidung.
  1. Berhias pada tempat-tempat seperti itu tidak boleh menyerupai orang kafir, fasik atau ahli maksiat. Jika memakai perhiasan di perut, seperti pusar, itu merupakan kebiasaan di sebuah masyarakat bagi wanita, maka tidak mengapa menggunakan perhiasan semacam itu. Adapun jika hal tersebut hanya dikenal sebagai kebiasaan ahli maksiat dari kaum fasik atau kafir, maka tidak boleh mengikuti kebiasaan tersebut, karena hal itu berarti menyerupai mereka dan menyerupai orang fasik dilarang.
Allah menciptakan wanita dengan tabiat senang terhadap perhiasan dan kecantikan. Allah juga menciptakan pria dengan tabiat senang terhadap perhiasan wanita dan kecantikannya. Ini adalah dua kutub yang tarik-menarik.

Dari Ibnu Abbas RA, dia berkata, “Sesungguhnya Nabi SAW melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki. Beliau berkata, “Keluarkan mereka dari rumah-rumah kalian,” (HR. Bukhari, no. 5885)

Ibnu Abidin rahimahullah berkata, “Menindik telinga untuk memakai anting merupakan perhiasan wanita, maka tidak dihalalkan bagi laki-laki.” (Raddul Muhtar, 6/420)

Jika penindikan terhindar dari larangan-larangan yang telah disebutkan,maka hukumnya dibolehkan di bagian tubuh yang mana saja, jika berhias dengan cara tersebut telah terbiasa dalam satu masyarakat. Karena pada dasarnya, berhias dibolehkan bagi wanita.

Terdapat dalil yang membolehkan ditindiknya telinga anak wanita untuk memakai perhiasan anting. Demikian pula menurut ahli fiqih Mazhab Hanafi membolehkan penindikan untuk memakai perhiasan.


[santi/islampos/perhiasan]

Hijab Harus Tutupi Dada dan Leher

HIJAB sudah menjadi tren dikalangan muslim saat ini. Tidak seperti dahulu minim mode, sekarang sudah banyak macam model hijab yang trend dikalangan muslimah. Namun bagaimana hijab pada zaman Rasulullah?

hijab Hijab Harus Tutupi Dada dan Leher


Dalam perspektif sejarah, hijab bermakna pakaian wanita, sebelum kedatangan Islam dan agama-agama lainnya terdapat dalam berbagai ragam bentuk dan Islam membatasi ruang lingkupnya.

Pakaian wanita pada masa Nabi SAW adalah pakaian yang umum dikenakan dan digunakan pada masa tersebut, artinya kaum perempuan menutupi badan mereka dan membungkus kepalanya dengan kerudung.
Akan tetapi sebagian telinga, leher dan bagian dadanya kelihatan kemudian turun ayat yang memerintahkan Rasulullah SAW untuk menutup yang sebagian itu sehingga keindahan mereka tidak nampak dan terlihat.

Keharusan dan kewajiban menutup aurat bagi kaum perempuan di hadapan kaum pria asing (bukan mahramnya) merupakan salah satu masalah penting dalam Islam. Dalam al-Qur’an disebutkan bahwa hijab dimaksudkan untuk kesempurnaan, kemajuan perempuan dan juga untuk menciptakan suasana yang sehat dalam lingkungan keluarga dan masyarakat karena itu hijab wajib bagi kaum perempuan. Menurut catatan sejarah, hijab yang bermakna pakaian wanita, sebelum Islam di dunia dan pada agama-agama lainnya digunakan dalam ragam bentuk. Dan hal ini bukan merupakan hukum ta’sisi; artinya Islam tidak menciptakan hijab ini, melainkan menerimanya. Sebagaimana hal tersebut dapat disimpulkan pada masa Rasulullah Saw, Islam memperluas batasannya dan mengokohkannya.

Di Iran, masa sebelum kedatangan Islam, juga di kalangan kaum Yahudi, di India, terdapat penerapan hijab-hijab secara ketat. Pada masa Iran kuno, bahkan ayah-ayah dan saudara-saudara (sendiri) adalah non-mahram bagi wanita yang bersuami.

Karena itu, menurut catatan sejarah disebutkan bahwa para wanita pada masa Rasulullah SAW mengenakan hijab, akan tetapi bukan hijab sempurna. Para wanita Arab biasanya memakai busana-busana sehingga bagian depan baju (kerah), lingkaran leher, dada terlihat.

Kerudung yang dikenakan adalah untuk menutup kepala, bagian-bagian bawahnya diturunkan hingga menjulur ke bagian belakang punggung, wajar kalau kedua telinga, bagian depan dada, dan leher terlihat oleh orang-orang. Kesimpulannya pakaian kaum perempuan pada masa Rasulullah SAW bentuknya seluruh badan mereka tertutup, demikian juga kerudung yang mereka gunakan untuk menutup kepala, akan tetapi sebagian dari bagian dada, lehernya, dan tempat-tempat yang menawarkan keindahan dan mempesona syahwat kaum pria terbuka.

Imam Shadiq As bersabda: “Suatu hari yang terik Madinah, seorang wanita cantik melintas. Ia mengenakan kerudung untuk menutup bagian belakangnya, (namun) lingkaran leher dan kedua telinganya kelihatan. Salah seorang sahabat Rasulullah berpapasan dengannya. Pemandangan indah yang hadir di hadapannya ini sangat menarik perhatiannya. Sedemikian ia terpesona menatap wanita cantik tersebut sehingga ia lalai dengan kondisi di sekelilingnya dan tidak memperhatikan jalan di hadapannya. Wanita cantik tersebut masuk sebuah lorong dan pemuda itu menguntitnya dengan pandangannya. Tiba-tiba ada tulang atau kaca mengenai dan melukai wajahnya. Tatkala ia sadar, darah telah meleleh dari wajah dan kepalanya. Dengan kondisi seperti itu, ia menghadap kepada Rasulullah dan menceritakan kejadian ini.

Di sinilah ayat tentang hijab diturunkan,”Katakanlah kepada kaum wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangan dan memelihara kemaluan mereka, dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka, kecuali yang (biasa) nampak darinya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dada (supaya dada dan leher mereka tertutupi), dan janganlah menampakkan perhiasan mereka, kecuali kepada suami mereka, ayah mereka, ayah suami mereka, putra-putra mereka, putra-putra suami mereka, saudara-saudara laki-laki mereka, putra-putra saudara laki-laki mereka, putra-putra saudara perempuan mereka, wanita-wanita seagama mereka, budak-budak yang mereka miliki, laki-laki kurang akal yang ikut bersama mereka dan tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan pada saat berjalan, janganlah mereka memukulkan kaki mereka agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (Qs. Al-Nur [24]:31)

Jelas bahwa ayat ini berkedudukan untuk menjelaskan keluasan batasan pakaian dan hijab karena bagian-bagian lain badan ditutupi dengan jubah-jubah yang umum dikenakan orang pada saat itu dan hanya bagian-bagian dada dan leher yang terbuka. Maka setelah turun ayat tersebut wanita hendaknya memakai hijab yang mampu menutup bagian leher dan dada yang terbuka tadi.


[fha/islampos/islamquest]

Menjadi Wanita Cantik dalam Pandangan Islam

WANITA ingin sekali menjadi cantik. Karena pada hakikatnya wanita identik dengan kecantikan. Tapi, kecantikan seperti apa yang kalian inginkan? Dalam pandangan Islam kecantikan itu bukan dilihat dari jasmani semata. Oleh sebab itu, sebagai wanita muslimah kita harus bisa menjadi wanita cantik sesuai dengan apa yang dianjurkan dalam agama Islam.

Bila kalian sebagai wanita muslimah ingin terlihat cantik dalam pandangan Islam, berikut ada beberapa cara yang dapat kalian lakukan untuk mewujudkannya.

1. Jadikanlah ghadul bashar (menundukkan pandangan) sebagai celak bagi kedua belah alis mata kalian. Insya Allah, pandangan visual kalian akan menjadi makin jernih dan bening.

2. Oleskanlah lipstik kejujuran dan kebenaran (alhaq) pada ulasan bibir delima kalian. Insya Allah, ukiran senyuman kalian akan bertambah manis dan dihargai sesama.

3. Bedakkanlah raut wajah kalian dengan kosmetik yang berasaskan malu dan keadaban. Insya Allah, kesederhanaan lahiriah yang kalian biasakan itu akan menyejukkan mata yang memandang.

4. Lumurkanlah sabun istighfar ke sepelusuk anggota badan kalian. Insya Allah, ia bisa mengikis daki kotoran dosa dan kesalahan yang telah kalian lakukan.

5. Rawatkanlah rambut kalian dengan hijab Islami. Insya Allah, ia akan menyelimuti azarauljasad sang hawa daripada menjadi mangsakerakusan insan yang terlepas daripada tambatan keimanannya.

wanita cantik Menjadi Wanita Cantik dalam Pandangan Islam


6. Sarungkanlah kedua-dua belah tangan kalian dengan gelang sedekah dan jari-jemari kalian dengan cincin ukhuwwah Islamiyyah. Insya Allah,kelak kalian akan temui warga sholihin yang nilainya melangkaui segunung emas permata.

7. Alunkanlah kemerduan dan kesyahduan suara kalian dengan tilawatul Qur’an dan zikrullah. Insya Allah, berkat kekhusyukan dan penghayatan, hulwatul Iman akan dikecapi ruh kalian sebagaimana lidah merasakan kemanisan makanan.

8. Luruskanlah postur tubuh badan kalian dengan ketulusan dalam menunaikan shalat dan pengibadatan kepada Allah. Insya Allah, takkan Dia sia-siakan keikhtilasan atau keikhlasan atau keistiqomahan kalian dalam mencari keridhoan-Nya.

9. Hembuskanlah nafas taabud wa taqarrub ilallah ke dalam ruh dan sanubari kalian. Insya Allah, selama itu takkan kalian rasai ketandusan kasih sayang maupun kegelisahan dalam kehidupan.


[rika/islampos/updatecampuran]

3M, Bekal Senjata Bagi Seorang Wanita dalam Berumah Tangga

WANITA ditakdirkan menjadi seorang istri bagi suaminya dan menjadi seorang ibu bagi anak-anaknya. Dalam menjalankan tugas yang mulia ini, tidak semudah seperti apa yang dibayangkan. Bila diibaratkan, rumah tangga itu bagaikan perahu yang berlayar di laut.

Rumah tangga diawali dengan ketenangan. Dan ketika sudah beberapa lama, Allah berikan ujian kepadanya. Seperti perahu yang berada di tengah lautan yang terkena hantaman ombak. Ujian itu akan menimpa siapa saja. Baik itu kepada istri, anak dan suami maupun tetangga.

Dalam menghadapi ujian itu, bila tidak dibarengi dengan akidah yang kuat, maka bisa jadi akan berujung pada perceraian. Sehingga memberikan efek yang buruk pada anak. Dan menjadikan watak anak yang buruk akhlaknya. Oleh karena itu, kita sebagai istri dan ibu dalam berumah tangga haruslah memiliki bekal senjata. Hal itu dapat kita lakukan 3M, yakni Mujahidah, Mujtahidah dan Mujaddidah.


1. Mujahidah
Mujahidah merupakan bentuk seorang wanita yang mengedepankan semangat rela berkorban. Yakni, dalam berumah tangga wanita harus rela mengorbankan segalanya untuk keluarga. Baik itu waktu, pikiran, tenaga dan lainnya. Hal ini membutuhkan semangat yang ekstra ketika mengalami ujian.

Untuk menyelesaikan perkara dalam rumah tangga, butuh adanya rasa sabar. Mungkin akan sulit dilakukan, tapi bila kita sungguh-sungguh menghadapinya, insya Allah, Allah akan memberikan kemudahan. Selain itu, hati yang tulus dan ikhlas juga dibutuhkan dalam menyelesaikan ujian tersebut. Karena dengan begitu, keputusan yang akan kita lakukan pun tidak akan menjadi penyesalan dikemudian hari. Terutama bagi kelangsungan berumah tangga. Karena kita sudah memikirkannya dengan hati yang tenang dan senantiasa berserah diri kepada Allah.

2. Mujtahidah
Bagi seorang wanita dibutuhkan wawasan yang luas. Bukan hanya ketika sudah berumah tangga, tapi sebelum berumah tangga juga hal ini sangatlah diperlukan. Wanita itu haruslah haus akan ilmu. Sehingga ia akan terus mencari ilmu hingga akhir hayatnya.

Ilmu itu penting kita miliki. Dan ketika berumah tangga, ilmu ini akan bermanfaat bagi generasi penerus kita. Bayangkan saja bila kita tidak memiliki ilmu yang cukup untuk berumah tangga. Tentu, apabila kita dilanda ujian, keputusan yang dilakukan pun hanya akan mengikuti hawa nafsu semata. Karena dia tidak memiliki pengetahuan yang lebih dalam menjalankan rumah tangga yang baik.

Dalam mencari ilmu, seorang wanita harus mau untuk membaca. Karena dengan membaca segala jenis ilmu dapat kita dapatkan. Selain itu, wanita harus aktif dalam mencari ilmu. Seperti mengikuti kegiatan-kegiatan yang berwawasan ilmu pengetahuan. Misalnya, mengikuti majelis-majelis ilmu. Dan bila tidak mengetahui tentang sesuatu, hendaklah bertanya.

3. Mujaddidah
Wanita yang sudah memiliki kriteria seperti tersebut di atas, maka ketika dilanda ujian, dia akan senantiasa mencari jalan keluar. Dia akan berupaya keras merubah kondisi keluarganya. Berbagai upaya akan dilakukan. Termasuk dengan mencari cara-cara baru. Sehingga keluarga yang dia bina, insya Allah akan menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah dan warahmah.


[rika/islampos/disarikan dari ust.Yusep Solehudin]

Bolehkah Wanita Bertepuk Tangan dan Bersiul?

BERSIUL termasuk perbuatan yang dibenci.

Ibnu Muflih mengatakan, dalam Al-Adab Asy-Syar’iyah, bahwa Syekh Abdul Qadir mengatakan,
“Bersiul dan tepuk tangan adalah dua perbuatan yang dibenci.” (Adab Syar’iyah, 4:57).


Di antara dalilnya adalah:

1. Allah SWT mencela kebiasaan orang musyrikin yang suka bersiul dan bertepuk tangan. Allah SWT berfirman:
وَمَا كَانَ صَلاتُهُمْ عِنْدَ الْبَيْتِ إِلَّا مُكَاءً وَتَصْدِيَةً
“Tiada ibadah (yang) mereka (lakukan) di Baitullah kecuali sebatas bersiul dan bertepuk tangan.” (QS. Al-Anfal:35).

2. Terdapat riwayat bahwa bersiul merupakan kebiasaan kaum Nabi Luth AS.

Hukum di atas, berlaku baik untuk laki-laki maupun wanita. Allahu a’lam.

Bolehkah Wanita Bertepuk Tangan dan Bersiul Bolehkah Wanita Bertepuk Tangan dan Bersiul?


Imam al-Qurthubi menjelaskan amalan bertepuk tangan dan bersiul ini merupakan amalan jahiliyah kerana dilakukan dalam ibadah.

Jika dilakukan di luar ibadah atau di luar mesjid, maka tidak ada larangannya. Bertepuk tangan dan bersiul juga dilarang jika ada tujuan menyindir dan mengejek. Dalil: AQ:al-Hujurat: 11

Maka jika tepuk tangan untuk memberi semangat tidaklah mengapa, begitu juga bersiul, kalau untuk kita saja dan tidak mengganggu orang lain, maka ia harus. Malah orang zaman dulu seperti gembala kambing menggunakan siulan untuk menghibur dirinya dan memanggil ternaknya.

Para ulama berkata: الْـمُكَاءُ adalah siulan sedangkan التَّصْدِيَةُ adalah tepuk tangan. Dan yang sunnah bagi seorang mukmin ketika melihat atau mendengar sesuatu yang mengagumkan atau yang dia ingkari adalah mengucapkan Subhanallah (Maha Suci Allah) atau Allahu Akbar (Allah Maha Besar), sebagaimana hal ini shahih dari Nabi Muhammad SAW dalam banyak hadits.

Dan disyariatkan tepuk tangan khusus bagi wanita ketika mereka mengingatkan sesuatu dalam shalat, atau ketika mereka shalat bersama laki-laki dan imamnya lupa. Ketika itu disyariatkan bagi wanita untuk mengingatkan dengan tepukan tangan. Adapun laki-laki mengingatkan imam dengan tasbih (ucapan Subhanallah) sebagaimana hal ini shahih dari Sunnah Nabi Muhammad SAW.

Dari sini diketahui bahwa tepuk tangan bagi lelaki adalah perbuatan menyerupai orang kafir dan wanita. Keduanya merupakan hal yang dilarang bagi kaum lelaki. Allah Subhanahu wa Ta’ala sajalah yang memberi taufiq.


[santi/islampos/konsultasisyariah]