Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..
Alhamdulillaah…..
Segala Puji bagi ALLAH Subhanahu Wa Ta'ala.Tuhan Yang Maha Rahman.Maha
Rahim.. Shalawat serta salam senantiasa tercurah untuk kekasih
Allah,Muhammad Rasulullah Shallahu 'alaihi wassalam.Allahumma Shalli wa
Salim Ala Sayyidina Muhammadin wa Ala aali Sayyidina Muhammadin fi Kulli
Lam Hatin wa na Fasinn bi'adadi Kulli Ma'lu Mil Lak.
Yaa
Rabbi.....Ajarilah kami bagaimana memberi sebelum meminta,berfikir
sebelum bertindak,santun dalam berbicara,tenang ketika gundah,diam
ketika emosi melanda,bersabar dalam setiap ujian.Jadikanlah kami orang
yg selembut Abu Bakar Ash-Shiddiq,sebijaksana Umar bin
Khattab,sedermawan Utsman bin Affan,sepintar Ali bin Abi
Thalib,sesederhana Bilal,setegar Khalid bin Walid
radliallahu'anhumღAmiin ya Rabbal'alamin.
Bismilahirrahmanirrahim Walhamdulillah Wassholatu Wassalamu`Ala Rasulillah,Wa’ala Aalihii Washohbihii Waman Waalah amma ba’du…
Berkata Abdullah bin Mubarak Rahimahullahu Ta’ala :
Saya berangkat menunaikan Haji ke Baitullah Al-Haram, lalu berziarah ke
makam Rasulullah sallAllahu ‘alayhi wasallam. Ketika saya berada
disuatu sudut jalan, tiba-tiba saya melihat sesosok tubuh berpakaian
yang dibuat dari bulu. Ia adalah seorang ibu yang sudah tua. Saya
berhenti sejenak seraya mengucapkan salam untuknya.Terjadilah dialog
dengannya beberapa saat.
Dalam dialog tersebut wanita tua itu ,
setiap kali menjawab pertanyaan Abdulah bin Mubarak, dijawab dengan
menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an. Walaupun jawabannya tidak tepat sekali,
akan tetapi cukup memuaskan, karena tidak terlepas dari konteks
pertanyaan yang diajukan kepadanya.
Abdullah :
“Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.” Wanita tua : “Salaamun
qoulan min robbi rohiim.” (QS. Yaasin : 58) (”Salam sebagai ucapan dari
Tuhan maha kasih”)
Abdullah : “Semoga Allah merahmati anda,
mengapa anda berada di tempat ini?” Wanita tua : “Wa man yudhlilillahu
fa la hadiyalahu.” (QS : Al-A’raf : 186 ) (”Barang siapa disesatkan
Allah, maka tiada petunjuk baginya”)
Dengan jawaban ini, maka tahulah saya, bahwa ia tersesat jalan.
Abdullah : “Kemana anda hendak pergi?” Wanita tua : “Subhanalladzi asra
bi ‘abdihi lailan minal masjidil haraami ilal masjidil aqsa.” (QS.
Al-Isra’ : 1) (”Maha suci Allah yang telah menjalankan hambanya di waktu
malam dari masjid haram ke masjid aqsa”)
Dengan jawaban ini saya jadi mengerti bahwa ia sedang mengerjakan haji dan hendak menuju ke masjidil Aqsa.
Abdullah : “Sudah berapa lama anda berada di sini?” Wanita tua :
“Tsalatsa layaalin sawiyya” (QS. Maryam : 10) (”Selama tiga malam dalam
keadaan sehat”)
Abdullah : “Apa yang anda makan selama dalam
perjalanan?” Wanita tua : “Huwa yut’imuni wa yasqiin.” (QS. As-syu’ara’ :
79) (”Dialah pemberi aku makan dan minum”)
Abdullah : “Dengan
apa anda melakukan wudhu?” Wanita tua : “Fa in lam tajidu maa-an
fatayammamu sha’idan thoyyiban” (QS. Al-Maidah : 6) (”Bila tidak ada air
bertayamum dengan tanah yang bersih”)
Abdulah : “Saya
mempunyai sedikit makanan, apakah anda mau menikmatinya?” Wanita tua :
“Tsumma atimmus shiyaama ilallaiil.” (QS. Al-Baqarah : 187) (”Kemudian
sempurnakanlah puasamu sampai malam”)
Abdullah : “Sekarang
bukan bulan Ramadhan, mengapa anda berpuasa?” Wanita tua : “Wa man
tathawwa’a khairon fa innallaaha syaakirun ‘aliim.” (QS. Al-Baqarah :
158) (”Barang siapa melakukan sunnah lebih baik”)
Abdullah :
“Bukankah diperbolehkan berbuka ketika musafir?” Wanita tua : “Wa an
tashuumuu khoirun lakum in kuntum ta’lamuun.” (QS. Al-Baqarah : 184)
(”Dan jika kamu puasa itu lebih utama, jika kamu mengetahui”)
Abdullah : “Mengapa anda tidak menjawab sesuai dengan pertanyaan saya?”
Wanita tua : “Maa yalfidhu min qoulin illa ladaihi roqiibun ‘atiid.”
(QS. Qaf : 18) (”Tiada satu ucapan yang diucapkan, kecuali padanya ada
Raqib Atid”)
Abdullah : “Anda termasuk jenis manusia yang
manakah, hingga bersikap seperti itu?” Wanita tua : “Wa la taqfu ma
laisa bihi ilmun. Inna sam’a wal bashoro wal fuaada, kullu ulaaika kaana
‘anhu mas’ula.” (QS. Al-Isra’ : 36) (”Jangan kamu ikuti apa yang tidak
kamu ketahui, karena pendengaran, penglihatan dan hati, semua akan
dipertanggung jawabkan”)
Abdullah : “Saya telah berbuat salah,
maafkan saya.” Wanita tua : “Laa tastriiba ‘alaikumul yauum,
yaghfirullahu lakum.” (QS.Yusuf : 92) (”Pada hari ini tidak ada cercaan
untuk kamu, Allah telah mengampuni kamu”)
Abdullah : “Bolehkah
saya mengangkatmu untuk naik ke atas untaku ini untuk melanjutkan
perjalanan, karena anda akan menjumpai kafilah yang di depan.” Wanita
tua : “Wa maa taf’alu min khoirin ya’lamhullah.” (QS Al-Baqoroh : 197)
(”Barang siapa mengerjakan suatu kebaikan, Allah mengetahuinya”)
Lalu wanita tua ini berpaling dari untaku, sambil berkata :
Wanita tua : “Qul lil mu’miniina yaghdudhu min abshoorihim.” (QS.
An-Nur : 30) (”Katakanlah pada orang-orang mukminin tundukkan pandangan
mereka”)
Maka saya pun memejamkan pandangan saya, sambil
mempersilahkan ia mengendarai untaku. Tetapi tiba-tiba terdengar sobekan
pakaiannya, karena unta itu terlalu tinggi baginya. Wanita itu berucap :
Wanita tua : “Wa maa ashobakum min mushibatin fa bimaa kasabat
aidiikum.” (QS. Asy-Syura’ 30) (”Apa saja yang menimpa kamu disebabkan
perbuatanmu sendiri”)
Abdullah : “Sabarlah sebentar, saya akan
mengikatnya terlebih dahulu.” Wanita tua : “Fa fahhamnaaha sulaiman.”
(QS. Anbiya’ 79) (”Maka kami telah memberi pemahaman pada nabi
Sulaiman”)
Selesai mengikat unta itu sayapun mempersilahkan wanita tua itu naik.
Abdullah : “Silahkan naik sekarang.” Wanita tua : “Subhaanalladzi
sakhkhoro lana hadza wa ma kunna lahu muqriniin, wa inna ila robbinaa
munqolibuun.” (QS. Az-Zukhruf : 13-14) (”Maha suci Tuhan yang telah
menundukkan semua ini pada kami sebelumnya tidak mampu menguasainya.
Sesungguhnya kami akan kembali pada tuhan kami”)
Sayapun segera memegang tali unta itu dan melarikannya dengan sangat kencang. Wanita itu berkata :
Wanita tua : “Waqshid fi masyika waghdud min shoutik” (QS. Lukman : 19) (”Sederhanakan jalanmu dan lunakkanlah suaramu”)
Lalu jalannya unta itu saya perlambat, sambil mendendangkan beberapa syair, Wanita tua itu berucap :
Wanita tua : “Faqraa-u maa tayassara minal qur’aan” (QS. Al- Muzammil : 20) (”Bacalah apa-apa yang mudah dari Al-Qur’an”)
Abdullah : “Sungguh anda telah diberi kebaikan yang banyak.” Wanita tua
: “Wa maa yadzdzakkaru illa uulul albaab.” (QS Al-Baqoroh : 269) (”Dan
tidaklah mengingat Allah itu kecuali orang yang berilmu”)
Dalam perjalanan itu saya bertanya kepadanya.
Abdullah : “Apakah anda mempunyai suami?” Wanita tua : “Laa tas-alu ‘an
asy ya-a in tubda lakum tasu’kum” (QS. Al-Maidah : 101) (”Jangan kamu
menanyakan sesuatu, jika itu akan menyusahkanmu”)
Ketika berjumpa dengan kafilah di depan kami, saya bertanya kepadanya.
Abdullah : “Adakah orang anda berada dalam kafilah itu?” Wanita tua :
“Al-maalu wal banuuna zinatul hayatid dunya.” (QS. Al-Kahfi : 46)
(”Adapun harta dan anak-anak adalah perhiasan hidup di dunia”)
Baru saya mengerti bahwa ia juga mempunyai anak.
Abdullah : “Bagaimana keadaan mereka dalam perjalanan ini?” Wanita tua :
“Wa alaamatin wabin najmi hum yahtaduun” (QS. An-Nahl : 16) (”Dengan
tanda bintang-bintang mereka mengetahui petunjuk”)
Dari jawaban
ini dapat saya fahami bahwa mereka datang mengerjakan ibadah haji
mengikuti beberapa petunjuk. Kemudian bersama wanita tua ini saya menuju
perkemahan.
Abdullah : “Adakah orang yang akan kenal atau
keluarga dalam kemah ini?” Wanita tua : “Wattakhodzallahu ibrohima
khalilan” (QS. An-Nisa’ : 125) (”Kami jadikan ibrahim itu sebagai yang
dikasihi”)
“Wakallamahu musa takliima” (QS. An-Nisa’ : 146) (”Dan Allah berkata-kata kepada Musa”)
“Ya yahya khudil kitaaba biquwwah” (QS. Maryam : 12) (”Wahai Yahya pelajarilah alkitab itu sungguh-sungguh”)
Lalu saya memanggil nama-nama, ya Ibrahim, ya Musa, ya Yahya, maka
keluarlah anak-anak muda yang bernama tersebut. Wajah mereka tampan dan
ceria, seperti bulan yang baru muncul. Setelah tiga anak ini datang dan
duduk dengan tenang maka berkatalah wanita itu.
Wanita tua :
“Fab’atsu ahadaku bi warikikum hadzihi ilal madiinati falyandzur ayyuha
azkaa tho’aaman fal ya’tikum bi rizkin minhu.” (QS. Al-Kahfi : 19)
(”Maka suruhlah salah seorang dari kamu pergi ke kota dengan membawa
uang perak ini, dan carilah makanan yang lebih baik agar ia membawa
makanan itu untukmu”)
Maka salah seorang dari tiga anak ini
pergi untuk membeli makanan, lalu menghidangkan di hadapanku, lalu
perempuan tua itu berkata :
Wanita tua : “Kuluu wasyrobuu
hanii’an bima aslaftum fil ayyamil kholiyah” (QS. Al-Haqqah : 24)
(”Makan dan minumlah kamu dengan sedap, sebab amal-amal yang telah kamu
kerjakan di hari-hari yang telah lalu”)
Abdullah : “Makanlah
kalian semuanya makanan ini. Aku belum akan memakannya sebelum kalian
mengatakan padaku siapakah perempuan ini sebenarnya.”
Ketiga
anak muda ini secara serempak berkata : “Beliau adalah orang tua kami.
Selama empat puluh tahun beliau hanya berbicara mempergunakan ayat-ayat
Al-Qur’an, karena kuatir salah bicara.”
Maha suci zat yang maha kuasa terhadap sesuatu yang dikehendakinya. Akhirnya saya pun berucap :
“Fadhluhu yu’tihi man yasyaa’ Wallaahu dzul fadhlil adhiim.” (QS.
Al-Hadid : 21) (”Karunia ALLAH yang diberikan kepada orang yang
dikehendakinya,ALLAH adalah pemberi karunia yang besar”)
[Diambil dari kitab karya: Sayyid Abubakar bin Muhammad Syatha, hal. 161-168]
♥ SEMOGA BERMANFAAT ♥
Sebuah renungan untukku, untukmu,untuk kita semua. Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati yang terkunci...
Bergeraklah masuk,Buka tiap lembaran kalimat hati,maknai,lalu tunaikanlah
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment