Masih dari AntiLiberalNews -
Tema kali ini adalah “shalat di awal waktu”. Ah, tentu saja, bagi muslimah yang sudah lama ngaji,
kajian mengenai hal ini sudah lewat. Tapi tak masalah, kajian Islam,
sesederhana apapun tidak ada yang kadaluarsa. Semuanya akan tetap fresh dan bermanfaat karena semuanya adalah nasihat.
Mengapa temanya shalat di awal waktu? Untuk wanita,
ada sesuatu yang patut dikhawatirkan mengenai hal ini. Begini, yang
disuruh berjamaah di Masjid hanya kaum lelaki. Nah, oleh karenanya kaum
lelaki sering terbantu dengan adzan dan keharusan berjamaah hingga dapat
menjalankan shalat di awal waktu. Mereka jadi terbiasa menghentikan
pekerjaan saat adzan kemudian berangkat ke masjid agar tidak tertinggal
jamaah. Sementara itu, kaum wanita menjalankan shalat di rumah karena
itulah yang lebih utama, meski ke masjid juga tak dilarang. Mereka masih
bisa menunda shalat barang sebentar dan melanjutkan pekerjaan.
Celah inilah yang biasa dimanfaatkan setan untuk menggoda wanita agar menunda shalatnya, tanpa udzur
(alasan) yang dibenarkan. Dari menunda seperempat jam, setengah jam
sampai menunda shalat hingga penghujung waktu, dan menunda shalat pun
jadi kebiasaan. Jika setan sukses, akibatnya bisa gawat. Kebiasaan
menunda shalat dari awal waktunya akan membuat kepekaan terhadap adzan
menurun. Adzan tak lagi menjadi alarm bahwa ia harus segera berhenti
beraktifitas dan segera shalat. Pasalnya, antara adzan dan pelaksanaan
shalat yang biasa dilakukan, rentang waktunya cukup jauh. Ini seperti
alarm yang berbunyi satu jam sebelum waktu yang diinginkan; tetap kaget
terjaga tapi tidak membuat kita segera bangun, lalu tidur kembali.
Dan yang akan jadi kandidiat utama untuk shalat
yang sering dikerjakan di akhir waktu adalah shalat shubuh. Pasalnya,
menunda bangun untuk shubuh dengan memejamkan mata lagi berpeluang besar
kebablasan. Maksud hati mengandalkan suami atau ayah untuk membangunkan
sepulang shubuhan, apa daya, ternyata mereka baru pulang satu
jam kemudian karena dzikir shobah-nya panjang, ada kajian atau ngobrol
dengan teman. Akibatnya, bangun kesiangan.
Memang sih, shalatnya masih tetap diterima. Tapi ada pahala dan keutamaan yang hilang yakni keutamaan shalat di awal waku.
Dari Ummi Faurah berkata, “Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam ditanya, ‘Amal apa yang paling utama?’ Beliau
menjawab, ‘Shalat di awal waktu.’” (HR. Ahmad, Abu Daud dan an Nasa’i)
Tidak perlu dipermasalahkan kalau memang
mengakhirkan shalat di akhir waktu hanya akan membuat seseorang
kehilangan amal utama. Sayangnya, perbuatan ini dikategorikan perbuatan
tidak baik dan menurut al Imam Ibnu Katsir, terbiasa menunda shalat
hingga akhir waku termasuk perbuatan melalaikan shalat dan diancam ayat;
“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya.” (QS. Al Ma’un: 4-5)
Makna melalaikan shalat juga mencakup tidak
melaksanakan syarat dan rukun shalat dengan baik serta tidak khusyu’.
Apabila ketiga sifat ini menyatu; shalatnya sering di akhir waktu,
dikerjakan tidak sesuai rukun dan syaratnya serta nihil dari
kekhusyu’an, itulah shalatnya orang munafik. Seperti yang disebutkan
dalam hadits;
“Itulah shalat munafiq. Dia duduk menunggu matahari
dan jika matahari sudah berada dia antara dua tanduk setan (hampir
tenggelam), dia bangun lalu mematuk empat kali (shalat ashar dengan
sangat cepat) dan tidak mengingat Allah kecuali hanya sedikit.” (HR.
Muslim dari Anas bin Malik)
Lebih mengerikan lagi, ayat berikut ini juga menjadi ancaman;
“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang
jelek) yang menyia-nyikan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka
kelak mereka akan menemui kesesatan.” (QS. Maryam: 59)
Imam Said bin al Musayib berkata, “Yang dimaksud
menyia-nyiakan shalat adalah tidak melaksanakan shalat melainkan setelah
waktu ashar tiba, shalat ashar sampai waktu maghrib tiba, shalat isya’
sampai waktu fajar tiba dan shalat shubuh sampai terbit matahari.
Barangsiapa yang terus menerus seperti itu dan tidak taubat, Allah
mengancamnya dengan “Ghoy” yaitu lembah di Jahannam yang dalam lagi
busuk baunya.” (Kitab al Kabair, Imam adz Dzahabi; 1/17)
Masih dalam kitab al Kabair, Imam adz Dzahabi menyertakan kisah berikut;
Salah seorang salaf pernah menceritakan bahwa ia
pernah menguburkan saudarinya yang meninggal dunia. Ia mendapati ada
sebuah kantung berisi uang yang terjatuh dari kerandanya. Ia pun
membiarkan kantung itu turut terkubur. Saat pulang, ia teringat kantung
itu dan kembali lagi ke kuburan saudarinya lalu menggali kuburnya.
Namun, ia tiba-tiba melihat api yang menyala dari dalam kubur. Ia pun
menimbun lagi kubur tersebut, dan kembali ke rumah dalam keadaan sedih.
Dia berkata pada ibunya, “Wahai ibu, beritahukanlah kepadaku perihal
saudariku, apa gerangan yang dikerjakannya saat hidup?” Ibunya berkata,
“Kenapa kamu bertanya tentang dia?” Ia menjawab, “Wahai Ibu, aku melihat
nyala api di kuburnya.” Ibunya pun menangis dan berkata, “Wahai anakku,
kakakmu dulu selalu meremehkan shalat dan melalaikannya hingga waktu
shalat habis.”
Nah, para muslimah hendaknya kita berhati-hati dan
selalu berusaha menjalankan shalat di awal waktu. Akan sangat bagus jika
saat iqamat dikumandangkan, anda juga shalat. Dengan begitu, seakan
anda melaksanakan shalat ‘berjamaah’ bersama seluruh kaum muslimin di
zona waktu sama, meskipun bukan berjamaah dalam arti sesungguhnya.
Dengan selalu menjaga shalat di awal waktu, ada dua keutamaan yang bakal
didapat; pahala besar juga terbebas dari salah satu sifat kemunafikan.
Wallahu a’lam.
(*Dikutip dari artikel Muslimah dan Shalat di Awal Waktu, Majalah Ar-Risalah edisi April 2012)
No comments:
Post a Comment