Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillaah…..
Segala Puji bagi ALLAH Subhanahu Wa Ta'ala..Tuhan Yang Maha Rahman.Maha
Rahim.. Shalawat serta salam senantiasa tercurah untuk kekasih
Allah,Muhammad Rasulullah Shallahu 'alaihi wassalam.Allahumma Shalli wa
Salim Ala Sayyidina Muhammadin wa Ala aali Sayyidina Muhammadin fi Kulli
Lam Hatin wa na Fasinn bi'adadi Kulli Ma'lu Mil Lak.
Yaa
Rabbi..Ajarilah kami bagaimana memberi sebelum meminta,berfikir sebelum
bertindak,santun dalam berbicara,tenang ketika gundah,diam ketika emosi
melanda,bersabar dalam setiap ujian.Jadikanlah kami orang yg selembut
Abu Bakar Ash-Shiddiq,sebijaksana Umar bin Khattab,sedermawan Utsman bin
Affan,sepintar Ali bin Abi Thalib,sesederhana Bilal,setegar Khalid bin
Walid radliallahu'anhum...Aamiin ya Rabbal'alamiin...
Penulis: Al-Ustadz Qomar Sua’idi ZA, Lc
وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ
تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لاَ
تَعْلَمُونَ
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu,padahal ia amat
baik bagimu,dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat
buruk bagimu; ALLAH mengetahui,sedangkan kamu tidak mengetahui.”
(Al-Baqarah: 216)
Dalam ayat ini ada beberapa hikmah dan
rahasia serta maslahat untuk seorang hamba. Karena sesungguhnya jika
seorang hamba tahu bahwa sesuatu yang dibenci itu terkadang membawa
sesuatu yang disukai,sebagaimana yang disukai terkadang membawa sesuatu
yang dibenci,iapun tidak akan merasa aman untuk tertimpa sesuatu yang
mencelakakan menyertai sesuatu yang menyenangkan. Dan iapun tidak akan
putus asa untuk mendapatkan sesuatu yang menyenangkan menyertai sesuatu
yang mencelakakan.Ia tidak tahu akibat suatu perkara,karena sesungguhnya
ALLAH Subhanahu wa Ta'ala mengetahui sesuatu yang tidak diketahui oleh
hamba.Dan ini menumbuhkan pada diri hamba beberapa hal:
1.
Bahwa tidak ada yang lebih bermanfaat bagi hamba daripada melakukan
perintah ALLAH Subhanahu wa Ta'ala,walaupun di awalnya terasa berat.
Karena seluruh akibatnya adalah kebaikan dan menyenangkan,serta
kenikmatan-kenikmatan dan kebahagiaan.Walaupun jiwanya benci,akan tetapi
hal itu akan lebih baik dan bermanfaat. Demikian pula,tidak ada yang
lebih mencelakakan dia daripada melakukan larangan,walaupun jiwanya
cenderung dan condong kepadanya. Karena semua akibatnya adalah
penderitaan,kesedihan,kejelekan,dan berbagai musibah.
Ciri khas
orang yang berakal sehat,ia akan bersabar dengan penderitaan sesaat,
yang akan berbuah kenikmatan yang besar dan kebaikan yang banyak.Dan ia
akan menahan diri dari kenikmatan sesaat yang mengakibatkan kepedihan
yang besar dan penderitaan yang berlarut-larut.
Adapun
pandangan orang yang bodoh itu (dangkal), sehingga ia tidak akan
melampaui permukaan dan tidak akan sampai kepada ujung akibatnya.
Sementara orang yang berakal lagi cerdas akan senantiasa melihat kepada
puncak akibat sesuatu yang berada di balik tirai permukaannya. Iapun
akan melihat apa yang di balik tirai tersebut berupa akibat-akibat yang
baik ataupun yang jelek. Sehingga ia memandang suatu larangan itu bagai
makanan lezat yang telah tercampur dengan racun yang mematikan. Setiap
kali kelezatannya menggodanya untuk memakannya, maka racunnya
menghalanginya (untuk memakannya). Ia juga memandang perintah-perintah
ALLAH Subhanahu wa Ta'ala bagai obat yang pahit rasanya, namun
mengantarkan kepada kesembuhan dan kesehatan. Maka, setiap kali
kebenciannya terhadap rasa (pahit)nya menghalanginya untuk
mengonsumsinya,manfaatnyapun akan memerintahkannya untuk mengonsumsinya.
Akan tetapi,itu semua memerlukan ilmu yang lebih,yang dengannya ia akan
mengetahui akibat dari sesuatu. Juga memerlukan kesabaran yang kuat,
yang mengokohkan dirinya untuk memikul beban perjalanannya, demi
mendapatkan apa yang dia harapkan di pengujung jalan. Kalau ia
kehilangan ilmu yang yakin dan kesabaran maka ia akan terhambat dari
memperolehnya.Tetapi bila ilmu yakinnya dan kesabarannya kuat, maka
ringan baginya segala beban yang ia pikul dalam rangka memperoleh
kebaikan yang langgeng dan kenikmatan yang abadi.
2. Di antara
rahasia ayat ini bahwa ayat ini menghendaki seorang hamba untuk
menyerahkan urusan kepada Dzat yang mengetahui akibat segala perkara
serta ridha dengan apa yang Ia pilihkan dan takdirkan untuknya,karena
dia mengharapkan dari-Nya akibat-akibat yang baik.
3. Bahwa
seorang hamba tidak boleh memiliki suatu pandangan yang mendahului
keputusan ALLAH Subhanahu wa Ta'ala, atau memilih sesuatu yang tidak
ALLAH Subhanahu wa Ta'ala pilih serta memohon-Nya sesuatu yang ia tidak
mengetahuinya. Karena barangkali di situlah kecelakaan dan
kebinasaannya,sementara ia tidak mengetahuinya.Sehingga janganlah ia
memilih sesuatu mendahului pilihan-Nya.Bahkan semestinya ia memohon
kepada-Nya pilihan-Nya yang baik untuk dirinya serta memohon-Nya agar
menjadikan dirinya ridha dengan pilihan-Nya.Karena tidak ada yang lebih
bermanfaat untuknya daripada hal ini.
4. Bahwa bila seorang
hamba menyerahkan urusan kepada Rabbnya serta ridha dengan apa yang
ALLAH Subhanahu wa Ta'ala pilihkan untuk dirinya, ALLAH Subhanahu wa
Ta'ala pun akan mengirimkan bantuan-Nya kepadanya untuk melakukan apa
yang ALLAH Subhanahu wa Ta'ala pilihkan, berupa kekuatan dan tekad serta
kesabaran. Juga,ALLAH Subhanahu wa Ta'ala akan palingkan darinya segala
yang memalingkannya darinya, di mana hal itu menjadi penghalang pilihan
hamba tersebut untuk dirinya.ALLAH Subhanahu wa Ta'ala pun akan
memperlihatkan kepadanya akibat-akibat baik pilihan-Nya untuk dirinya,
yang ia tidak akan mampu mencapainya walaupun sebagian dari apa yang dia
lihat pada pilihannya untuk dirinya.
5. Di antara hikmah ayat
ini, bahwa ayat ini membuat lega hamba dari berbagai pikiran yang
meletihkan pada berbagai macam pilihan. Juga melegakan kalbunya dari
perhitungan-perhitungan dan rencana-rencananya, yang ia terus-menerus
naik turun pada tebing-tebingnya. Namun demikian,iapun tidak mampu
keluar atau lepas dari apa yang ALLAH Subhanahu Wa Ta'ala telah
taqdirkan.Seandainya ia ridha dengan pilihan ALLAH Subhanahu Wa Ta'ala
maka takdir akan menghampirinya dalam keadaan ia terpuji dan tersyukuri
serta terkasihi oleh ALLAH Subhanahu Wa Ta'ala.Bila tidak, maka taqdir
tetap akan berjalan padanya dalam keadaan ia tercela dan tidak
mendapatkan kasih sayang-Nya karena ia bersama pilihannya sendiri. Dan
ketika seorang hamba tepat dalam menyerahkan urusan kepada ALLAH
Subhanahu Wa Ta'ala dan ridhanya kepada-Nya,ia akan diapit oleh
kelembutan-Nya dan kasih sayang-Nya dalam menjalani taqdir ini. Sehingga
ia berada di antara kelembutan-Nya dan kasih sayang-Nya. Kasih
sayang-Nya melindunginya dari apa yang ia khawatirkan, dan
kelembutan-Nya membuatnya merasa ringan dalam menjalani taqdir-Nya.
Bila taqdir itu terlaksana pada seorang hamba,maka di antara sebab
kuatnya tekanan taqdir itu pada dirinya adalah usahanya untuk
menolaknya. Sehingga bila demikian, tiada yang lebih bermanfaat baginya
daripada berserah diri dan melemparkan dirinya di hadapan taqdir dalam
keadaan terkapar, seolah sebuah mayat. Dan sesungguhnya binatang buas
itu tidak akan rela memakan mayat.
(Diterjemahkan oleh Qomar ZA dari buku Al-Fawa`id hal. 153-155)